Tidak Mengandung Unsur SARA dan Pornografi
Apakah karya fiksi yang ditulis oleh penulis lepas mengandung unsur SARA dan pornografi? Bila demikian, karya fiksi tersebut tidak akan dimuat oleh redaktur media massa. Karena bila dimuat, karya fiksi tersebut dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat.
Sesudah mencermati perihal kebijakan di muka, maka penerapan EYD dalam penulisan karya fiksi menjadi salah satu perhatian bagi redaktur media massa. Karenanya untuk menghindari pemuatan karya fiksi yang tidak menerapkan EYD, seorang redaktur media massa harus menguasai pengetahuan terhadap EYD. Sehingga naskah karya fiksi yang diloloskan akan menjadi bacaan publik yang menarik dan jauh dari cacat EYD.
Peran EYD bagi Editor Penerbitan
Seorang editor yang bekerja di penerbitan tidak hanya dituntut pengetahuannya dalam Tata Bahasa Indonesia, namun pula terhadap EYD. Sehingga naskah yang disunting akan benar-benar menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta siap saji bagi pembaca yang kritis, khususnya terhadap penggunaan bahasa.
Seorang editor yang baik niscaya akan memerhatikan naskah suntingannya  berdasarkan Tata Bahasa Indonesia dan EYD. Dengan demikian, seorang editor akan mencermati dengan jeli terhadap penulisan dalam struktur kalimat, kosa kata dan unsur serapan, tanda baca, dan lain-lain yang digunakan oleh seorang penulis. Di samping itu, koreksi aksara, huruf kapital, serta kata yang dicetak miring menjadi tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang editor.
Dengan demikian, tanpa pengetahuan yang cukup terhadap Tata Bahasa Indonesia dan EYD, seorang editor tidak akan dapat berbuat banyak. Kalau tugas penyuntingan naskah yang dikirim penulis pada penerbit itu dilakukan oleh seorang editor abal-abal, maka hasilnya tidak akan memuasakan. Akibatnya, naskah yang dibukukan (diterbitkan) oleh penerbit akan penuh cacat bahasa dan  EYD.Â
Akibat lain yang lebih fatal, buku yang diterbitkan itu akan menjadi bahan gunjingan di antara pembaca-pembaca yang kritis terhadap persoalan penggunaan Tata Bahasa Indonesia dan EYD dalam penulisan naskah. Â Â
Sebaliknya, naskah yang diterbitkan dengan mendapatkan sentuhan penyuntingan maksimal dan berorientasi pada penerapan Tata Bahasa Indonesia serta EYD akan mendapatkan ruang di hati publik. Alhasil, buku tersebut akan memiliki peluang laku di pasaran karena dibaca oleh banyak orang. Sebab itu, belajarlah Tata Bahasa Indonesia dan EYD dengan tekun, sebelum Anda bekerja sebagai editor di suatu penerbit buku. [Sri Wintala Achmad]