Kalau masih berkelakar, gimana jadinya kalau sering mencium tangan guru tapi ketika berkumpul dengan teman-temannya dia menunjukkan tabiat yang negatif?
Maksud saya begini, mungkin saja ada korelasinya antara praktek tersebut dengan rasa hormat dan adab yang terpuji. Tapi untuk orang-orang yang berada di luar lingkungan tersebut dan tidak terbiasa dengan budaya tersebut kan susah jadinya.
Teringat kisah seorang wali di zaman Nabi Musa. Wali tersebut dimintai oleh Musa untuk berdoa kepada Allah supaya diturunkan hujan.Â
"Ya Allah, apakah hujan sudah tidak tunduk padamu sehingga hujan tidak turun? Kalau pertimbanganmu banyak kemaksiatan yang dilakukan hambamu, sebenarnya maksiat mereka tidak berpengaruh sama sekali terhadap keagunganmu. Hujan itu barang nggak penting ya Allah, turunkan saja."Â
Begitu doa seorang wali tersebut secara garis besarnya.
Gimana? Adakah tanda ketidaksopanan dalam doa tersebut? Bukan main-main lho ini, hubungannya bukan sekedar dengan guru, tapi dengan Allah.
Sampailah pada kesimpulan bahwa tidak semuanya bisa dipandang dari sisi hukum benar dan salah, tapi juga bisa dipandang dari sisi kedekatan dan keakraban yang sering kita beri nama tasawuf. Mungkin saja perilaku dan tutur kata yang terkesan bercanda niatnya adalah untuk mengakrabkan diri dengan objek yang kita tuju. Wallahu a'lam bishshawabi.
#dirumahaja #dirumahajatilawah
Salam literasi,
Achmad Abdul Arifin