Mohon tunggu...
Achmad Abdul Arifin
Achmad Abdul Arifin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Az Zaytun Indonesia

Cerdas, Bijaksana dan Inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Salam Pancasila" Melecehkan Pancasila

23 Februari 2020   23:39 Diperbarui: 23 Februari 2020   23:53 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: detik.com

Baru-baru ini Ketua BPIP membuat pernyataan kontroversial lagi. Setelah belum lama membuat gaduh masyarakat dengan membenturkan agama dengan pancasila. Kali ini dia ingin mengganti ucapan salamnya umat Islam "Assalamu'alaikum" dengan "salam pancasila".

Alih-alih mau meninggikan pancasila, malah manuver yang dilakukan terkesan melecehkan pancasila itu sendiri. Betapa tidak, karena jelas sila pertama pancasila berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Yang artinya Negara ini berdasar atas nilai-nilai ketuhanan yang diajarkan oleh 6 agama resmi di Indonesia.

Dan Ajaran tuhan melalui Rasul Muhammad dalam agama Islam saat mengucap salam adalah"Assalamu'alaikum". Salamnya umat kristiani adalah "salom". Umat hindu punya ucapan salam "om santi santi om". Dan agama yang lain tentu juga punya salamnya masing-masing. Belum lagi ucapan salam yang bersumber dari tradisi dan budaya di masyarakat. Seperti ucapan "kulo nuwun" oleh orang jawa.

Lalu pertanyaannya adalah atas dasar apa ucapan "salam pancasila" itu dikumandangkan? Pancasila sendiri saja mengakomodir salam dari agama-agama dan budaya di masyarakat. "salam pancasila" adalah salam persatuan dalam kehidupan yang saling bertoleransi? Memangnya toleransi bisa tercipta dari saling bertukar salam?

Jika kita tarik lagi permasalahan toleransi ini, maka sebenarnya kita sepakat bahwa penyebab utamanya bukan pada simbol. Apapun bentuk simbol itu visual maupun lisan. Melainkan permasalahan intoleransi di Indonesia adalah bersifat substantif. Bahwa fanatisme, konservatisme sampai kepada pola pikir yang sempit yang menimbulkan sifat intoleran.

Maka dengan sekedar mendengungkan salam pancasila saja rasanya sulit untuk mengatasi intoleransi. Kenapa? Lha masih banyak masyarakat yang belum paham nilai-nilai pancasila itu sendiri.

Bahkan lembaga sekaliber BPIP yang harusnya menjadi panutan saja masih banyak menuai kontroversi di kalangan akademisi yang konsen di bidang dasar negara yang satu ini.

Gelombang suara yang menginginkan Lembaga BPIP bubar semakin deras. Karena dirasa kinerja-nya dalam menjaga marwah pancasila justru melakukan banyak sekali blunder.

Selain itu BPIP dianggap lembaga yang tidak penting dan hanya menghambur-hamburkan uang negara. Karena gaji para anggota-nya puluhan sampai ratusan juta.

Betapa tidak, selama ini nilai-nilai Pancasila sudah nyaman bersemayam di dalam hati dan pikiran masyarakat Indonesia yang berkebudayaan tinggi ini. Masyarakat juga lah yang menjadi objek Pancasila ini digali oleh founding father kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun