Mohon tunggu...
Achmad Oky Surya
Achmad Oky Surya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN SUKA Yogyakarta | hoby traveling backpackers-an | kerja part-time di tour & travel agent |

Selanjutnya

Tutup

Money

Sosok : Founding Fathers Bisnis Buku Mancanegara

3 Oktober 2013   16:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:03 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_282875" align="alignleft" width="640" caption="Papan Promosi Its Easy Tour & Travel"][/caption] Kota dengan berbagai macam julukan, seperti Yogyakarta tak pernah sepi dari yang namanya pendatang baru setiap harinya. Mereka yang datang dari berbagai daerah memiliki berbagai macam tujuan tiap individunya. Beberapa ada yang sekedar melancong untuk menghabiskan masa liburan, mencari ilmu, mencari pengalaman kerja, bahkan ada yang datang sesaat hanya untuk kopi darat.

Banyak anak  daerah yang sengaja merantau untuk mengejar ilmu di karenakan Jogja sebagai kota Pelajar dan Budaya, memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjungnya. Selain memiliki banyak perusahaan percetakan buku, sekolah-sekolah tinggi favorit, Jogja juga tempat yang ramah untuk para pendatang barunya. Tak salah jika beberapa perantau lupa untuk pulang ke daerah asalnya dan menetap karena jatuh cinta dengan kota Gudeg yang satu ini.

Seperti sosok yang satu ini, perantau asal negeri Sriwijaya (Palembang), lahiran tahun1969 yang menjadikan Jogja kampung halaman kedua baginya. Sebut saja Mahdi Husein (44) seorang pengusaha travel & tour (paket wisata) dan juga salah founding father secondhand bookshop for foreigner (pencetus usaha buku bekas untuk turis mancanegara). Pria kelahiran Palembang, 29 Desember yang akrab di panggil Mas Mahdi ini, memiliki sejarah hidup yang menarik untuk di telusurinya. Berbekal mental yang kuat khas perantau yang dimilikinya, dia menjadikan buku bekas menjadi puluhan rupiah.

Lulus SMA tahun 1986, lalu melanjutkan studi di Universitas Sriwijaya mengambil Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Merasa terkekang oleh aturan ketat Fakultas Ilmu Pendidikan di UNSRI (Universitas Sriwijaya), Mas Mahdi mencari perguruan tinggi yang  sesuai dengan seleranya.

Hingga 1989, lolos SNMPTN dan diterima di UNPAD (Universitas Padjajaran) Badung jurusan Sastra Inggris. Di UNPAD ia mendapatkan apa yang di inginkannya, yaitu peraturan yang tidak mengekang layaknya UNSRI Fakultas Pendidikan. Dari kota Kembang, ia memulai karirnya sebagai penulis dan penterjemah beberapa karangan asing untuk di kirimkan ke media-media cetak local maupun nasional.

Bergelut di dunia sastra menjadikan dirinya akrab dengan berbagai buku. Sebagian besar adalah buku-buku karangan mancanegara. Ia mendapatkannya dari berburu buku-buku murah ataupun bekas ke beberapa daerah, mulai dari  sekitar  kota Bandung hingga ke Yogyakarata. Dari sanalah ia berbagi pengalaman dengan para penjual buku-buku bekas yang di temuinya. Pada akhirnya ia membaca peluang bisnis dari pengalaman tersebut.

[caption id="attachment_282880" align="aligncenter" width="300" caption="Owner Its Easy"]

13807903341034243612
13807903341034243612
[/caption]

Keseringan bolak-balik ke Jogja-Bandung membuatnya jatuh cinta pada kota Pelajar. Berangkatlah ia ke Yogyakarta dan meninggalkan UNPAD pada tahun 1991. Di Jogaja ia bekerja untuk salah satu penerbit Bandung yang memiliki cabang Jogja-Solo (1992-1995). Tak hanya selesai di situ, Mas Mahdi mencoba melanjutkan studinya di IAIN (sekarang : UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan jurusan Aqidah Filsafat. Di IAIN ia aktif di UKM Teater Eska, disana ia sudah di kenal oleh beberapa penulis akibat karyanya.

Kecintaannya akan dunia sastra, terus di gelutinya ketika di Jogja. Begitu pula bisnis berburu alias blusukan buku-buku bekas di Shoping (toko buku bekas/ murah di Jogja). Selain di koleksi, beberapa buku di jualnya kembali untuk mendapatkan buku-buku yang lainnya dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tanah rantauan. Hingga akhirnya ia mulai meninggalkan bangku kuliah dan menggeluti bisnis bukunya.

[caption id="attachment_282889" align="aligncenter" width="480" caption="Sebagian Koleksi Buku Manca Mas Mahdi"]

13807911962006964250
13807911962006964250
[/caption]

Berkenalan dengan salah satu pebisnis buku bekas manca (seperti: Inggris, Prancis, Dutch, German, Swedish, Jepang, dll) yang menjadi langganannya, ia mulai tertarik memulai mengikuti bisnis tersebut. Ditambah hal tersebut di dukung oleh pemilik toko buku Lexi (Jln.Sosrowijayan, Malioboro) yang bernama Mas Alex, ia semakin optimis untuk memulai membuka toko buku-buku bekas. Hingga pada tahun 1998, dengan modal sewa bangunan bekas hotel yang akan di jual oleh pemiliknya, di sulaplah tempat tersebut menjadi toko buku yang di beri nama “Rama Bookshop”. Nama Rama di ambil dari tokoh pewayangan Jawa. Katanya nama tersebut muncul begitu saja tanpa berfilosofi terlebih dahulu.

Rama Bookshop menjadi toko buku bekas manca ketiga (setelah Lexi dan Bomerang) di Jl. Sosrowijayan, Malioboro. Meski hanya bermodalkan tempat usaha, namun Rama Bookshop sangatlah mampu bersaing dengan toko buku yang lebih dulu buka. Berbekal dengan kuliahnya di sastra Indonesia dan Inggris, juga kecintaannya menulis, serta di bantu oleh Mas Alex, Rama Bookshop semakin melalang buana. Namun, tak lama kemudian Lexi Bookshop milik mas Alex tutup. Meskipun tutup pemiliknya, Mas Alex masih terus menjadi suplier buku manca ke Rama Bookshop. Hingga pada tahun 2000-an Rama Bookshop tercatat dalam Lonely Planet, guide book internasional yang menjadi referensi terbesar bagi para traveler.

[caption id="attachment_282890" align="aligncenter" width="480" caption="Koleksi Buku Berasal Dari Beberapa Negara Eropa dan Asia"]

1380791313424934365
1380791313424934365
[/caption]

Rama Bookshop memiliki beberapa karyawan yang sekarang sudah menjadi orang-orang (melebihi ownernya). Mereka adalah Yoyok (bekerja di Australia), Dedy (owner Satu Dunia Tour & Travel; Owner Dunia Santai Bookshop), Happy (owner Rama Bookshop/ penerus usaha bookshop di Sosrowijayan), dan Edwin (Bekerja di Bank Copenhagen, Denmark). Itu semua karena Mas Mahdi bukan hanya menjadi seorang boss bagi mereka, tapi juga menjadi guru bagi para karyawannya, yang selalu dianggapnya keluarga dan menginspirasi mereka untuk berwirausaha. Karena baginya menjadi boss itu bisa santai dan tidak harus mengikuti aturan yang di tentukan orang lain, yang belum tentu kita sukai.

Pada tahun 2004 tempat yang disewanya pun laku terjual, kemudian ia menyuplaikan buku-bukunya ke beberapa tempat, temasuk kepada Happy yang menggunakan Rama Bookshop brand dari toko bukunya yang hingga kini sudah lumayan sukses. Tanpa tempat pun transaksi jual-beli buku bekas mancanegara tetap berjalan, bedanya ia hanya menitipkan ke beberapa kenalannya. Baik itu di daerah Sosrowijayan ataupun Prawirotaman (pusat-pusat turistik di daerah Jogja).

Setahun kemudian Mas Mahdi memutuskan untuk bekerjasama dengan perusahaan travel dan tour yang bernama Gabe (travel tertua di prawirotaman). Selain hanya menitipkan buku-bukunya ia pun mulai belajar bisnis travel, paket wisata, penukaran uang (money changer), dan juga rental motor. Ia mulai mencoba investasi motor pertamanya, Astrea Legenda yang di belinya chash. Lika-liku memegang motor rental dari beberapa investor menurutnya gampang-gampang-susah. Karena beberapa kali ia mengalami penipuan, salah satunya motor yang di sewa oleh orang tak bertanggungjawab di gadaikan kepada orang lain. Ketika di Gabe Tour & Travel kasus penggadaian motor sudah terjadi 3x. Beberapa motor dapat di temukan dan di tangkap tersangkanya. Namun, motor yang di temukan harus di tebus terlebih dahulu dari polisi yang bernilai tidak sedikit dan untuk motor yang tidak di temukan ini menjadi kerugian yang besar bagi perusahaan.

Di tahun 2010 bulan September, Mas Mahdi mamutuskan untuk kembali membuka tokonya di Tirtodipuran (area Prawirotaman) yang bernama It’s Easy Tour & Travel (Jogja Easy Tour). Meskipun berembel-embel tour & travel namun usaha jual-beli dan juga tukar tambah / sewa buku bekasnya tetap di kembangkan. Menurutnya usaha tersebut sangat menguntungkan. Bahkan bisa untung 2 sampai 10 kali lipat dari harga modal. Karena kita hanya membayar murah (karena barang bekas) untuk buku-buku dari tempat loak-an (pengumpul barang-barang bekas)  dalam bentuk kiloan atau per-kardus dan juga dari room boy/ pelayan hotel (buku-buku yang sengaja di tingal/ ketinggalan dari tamu-tamu hotel), kemudian di jual kembali menurut kualitas isi buku kepada wisatawan manca dan juga mahasiswa-mahasiswa Sastra Inggris ataupun bahasa asing lainnya. Jadi dengan modal 200 ribu satu kardus besar berisi buku, dapat terjual hingga omset 2 jt-an. Dengan setiap buku di hargainya antara 20 ribu samapai 150 ribu rupiah.

[caption id="attachment_282887" align="aligncenter" width="480" caption="Kantor Bookshop dan Travel & Tour"]

1380791011159067616
1380791011159067616
[/caption]

Kini usaha tour & travelnya semakin berkembang pesat, terutama untuk penyewaan motor kepada mahasiswa manca dan juga lokal. Hingga saat ini Mas Mahdi sudah memiliki motor untuk disewakan sekitar 14 unit. Meski bisnis buku mulai sepi dari konsumennya, karena mungkin adanya e-book gratis yang menyebabkan buku (fisik) kurang di minati turis. Namun, di daerah Prawirotaman yang sebelumnya tidak ada secondhand bookshop sebelum ia ada disana, sekarang beberapa perusahaan travel & tour dan restaurant sudah menyediakan jual-beli dan tukar tambah buku mancanegara bekas untuk para turis mancanegara dan mahasiswa sastra asing.

[caption id="attachment_282888" align="aligncenter" width="480" caption="Wujud Kantor Tampak Dari Depan"]

1380791093920392796
1380791093920392796
[/caption]

Sekarang pria asal Palembang ini pun telah jatuh cinta dengan kampung halaman keduanya, yaitu Yogyakarta. Disanalah ia menetap bersama istri dan anak pererempuan tercintanya. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun