Mohon tunggu...
Achmad Anfasa Zulfikar
Achmad Anfasa Zulfikar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNAIR

INFP-T

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Masih Pentingkah Masker bagi Masyarakat Endemi?

2 Juli 2022   13:22 Diperbarui: 2 Juli 2022   13:24 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Telah lebih dari dua tahun pandemi Covid-19 menemani hari-hari kita. Layaknya seorang teman, pandemi Covid-19 membersamai kita menemani suka duka kehidupan. Selama dua tahun, banyak hal yang telah terjadi. Berita kematian, kelaparan, dan kesusahan menjadi makanan sehari-hari. Mahalnya masker, pemutusan hubungan kerja (PHK) dimana-mana, dan panic buying menjadi headline bagi setiap media massa. Bagi mereka yang masih sanggup bertahan mencoba memberikan bantuan. Bagi mereka yang kekurangan berharap ada uluran tangan dari utusan-utusan Tuhan. Bantuan-bantuan sosial diberikan, masker-masker dibagikan, dan vaksin-vaksin digratiskan menjadi upaya yang dapat membantu masyarakat yang mengalami kekurangan. 

Sekitar dua tahun kita berdamai dengan keadaan. Berusaha memahami lingkungan. Membiasakan kebiasaan yang belum terbiasa. Memaksakan diri untuk membatalkan keinginan yang direncanakan. Di minggu-minggu awal pandemi datang, masyarakat yang terbiasa hidup menghirup udara bebas dengan wajah secara jelas dipandang orang lain, terpaksa menggunakan masker sebagai bagian dari teman aktivitas mereka. Kini, pemerintah melalui sabda bapak Ir. H. Joko Widodo, selaku presiden Republik Indonesia saat ini, telah membolehkan masyarakat untuk tidak menggunakan masker di ruangan terbuka. 

Kebiasaan yang telah dilakukan masyarakat selama dua tahun yang telah memaksakan diri untuk menggunakan masker nyatanya membutuhkan waktu juga yang lama untuk mengembalikan kebiasaan masyarakat sebelum pandemi Covid-19 tiba. Setelah dicabutnya peraturan dalam menggunakan masker di tempat umum, nyatanya kini masyarakat masih banyak yang tetap pada kebiasaan selama dua tahun tersebut. Meski, ada pula beberapa orang yang sedari awal hadirnya pandemi ke Indonesia masih tetap tidak menggunakan masker atau hanya memakai masker sekadar menutupi dagu dan mulut.

Kebiasaan baru era new normal yang sebelumnya menjadi kebijakan yang wajib dipatuhi masyarakat telah mulai dilonggarkan. Pandemi yang telah berubah menjadi endemi. Banyak daerah yang sebelumnya menjadi zona merah, bahkan hitam, kini berangsur menjadi hijau. Angka positif yang dulunya tembus hingga jutaan orang kini berusaha di-nol kan. Lalu masih pentingkah masker bagi masyarakat di era endemi?

Bagi sebagian orang yang masih khawatir akan kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri mungkin masih berpegang teguh dengan prinsip 3M. Mengingat, banyak sekali berita yang beredar menyatakan bahwa virus Covid-19 yang telah bermutasi menjadi berbagai varian dengan karakteristik yang lebih bahaya dari varian sebelumnya dan mudahnya tingkat penularan menjadi alasan mengapa masih banyak masyarakat yang enggan meletakkan masker. Sedangkan, sebagian yang lain menilai dengan adanya pembolehan dari pemerintah memberikan mereka angin segar. Dimana mereka yang selama ini menilai penggunaan masker justru membuat mereka kesulitan bernapas, telinga memerah karena tali masker yang begitu ketat, hingga alasan-alasan lain yang terlontar dari omongan masyarakat menjadikan kesempatan ini sebagai sebuah kemerdekaan.

Lalu, apakah yang harus dilakukan sekarang? Apakah tetap menerapkan prinsip 3M? Atau mencoba menanggalkan masker? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini alangkah baiknya menjadi pertanyaan retoris bagi diri kita. Pertanyaan yang hanya diri kita sendiri yang mampu menjawabnya. Memang pertanyaan tersebut terkesan gampang dijawab. Namun, kita juga tidak dapat memaksakan kehendak diri untuk memaksa orang lain tetap memegang teguh prinsip 3M atau mulai membiasakan diri kembali ke keadaan sebelum adanya pandemi. 

Yang paling penting sekarang adalah upaya saling menghormati dan menghargai pilihan masing-masing. Tidak perlu merasa dan menganggap pilihan yang diambilnya lah yang paling benar. Toh, sebagai sesama saudara sebangsa adanya pandemi mampu mempersatukan dan menguatkan kita. Memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin berderma. Membuat kita lebih mengingat bahwa bersyukur atas nikmat sehat adalah hal utama. Bagi kita yang masih hidup sehat hingga sekarang tetaplah bersyukur dan saling bergandengan tangan membantu saudara terdekat, seperti tetangga di kanan kiri kita. Selain itu, mendoakan saudara-saudara kita yang lain yang telah dicukupkan usianya sebab pandemi. Sebab sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang saling membantu satu sama lain, yang saling berbagi kebaikan dan kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun