Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momentum untuk mengenali tubuh dan menyadari apa yang benar-benar dibutuhkan. Beberapa tahun terakhir, saya mulai menerapkan mindful eating, terutama saat sahur dan berbuka. Dengan pendekatan ini, saya belajar bahwa makanan bukan sekadar bahan bakar, tetapi juga bagian dari perjalanan spiritual dan keseimbangan hidup.
Food Combining: Sahur yang Mencerahkan
Konsep food combining menjadi pedoman utama dalam pola makan saya selama puasa. Saya memulai sahur dengan air putih hangat dan buah segar. Bukan karena ingin mengikuti tren, tetapi karena tubuh terasa lebih ringan dan segar saat menjalani hari dengan asupan yang mudah dicerna. Konsep Food Combining ini sebenarnya sudah cukup lama saya terapkan, meski kadang ada tahun-tahun saya di mana malas melakukannya.Â
Pisang, pepaya, atau semangka sering menjadi pilihan saya. Jika ingin lebih bertenaga, saya menambahkan kurma. Setelah itu, saya menunggu sekitar 30 menit sebelum mengonsumsi makanan lain. Biasanya, makanan kedua terdiri dari sayuran, sumber protein nabati seperti tempe atau tahu, dan kadang-kadang telur rebus. Saya menghindari kombinasi karbohidrat kompleks dengan protein hewani berat agar pencernaan lebih efisien.
Hasilnya?Â
Tidak ada rasa kantuk berlebihan, tidak ada perut begah, dan energi tetap stabil hingga waktu berbuka. Sahur bukan lagi sekadar ritual mengisi perut, tetapi juga momen mendengar sinyal tubuh: kapan cukup, kapan harus berhenti.
Berbuka: Antara Kesadaran dan Godaan
Berbuka adalah ujian kesadaran. Setelah seharian berpuasa, sering kali ada dorongan untuk makan sebanyak mungkin. Tapi saya mencoba memegang prinsip: berbuka untuk menyegarkan, bukan membalas dendam.
Saya selalu memulai berbuka dengan air putih hangat dan kurma, mengikuti sunnah. Setelah itu, saya memilih buah segar seperti melon atau jeruk agar tubuh terhidrasi dengan baik sebelum masuk ke makanan utama. Sayur masih menjadi bagian besar dari menu berbuka, entah dalam bentuk salad atau sup bening. Saya juga menghindari gorengan berlebihan dan minuman manis dalam jumlah banyak karena tubuh saya lebih mudah lemas jika terlalu banyak gula.
Namun, saya tidak menutup kemungkinan untuk sesekali cheating, terutama saat berbuka di luar bersama teman atau keluarga. Momen seperti ini saya anggap sebagai bagian dari keseimbangan, bukan penyimpangan. Sebuah porsi makanan favorit seperti martabak telur atau kolak bisa menjadi kenikmatan tersendiri selama tetap dalam batas wajar. Yang penting, saya tidak menjadikannya kebiasaan.