Mohon tunggu...
Achi Hartoyo
Achi Hartoyo Mohon Tunggu... Editor - https://achihartoyo.com/

https://achihartoyo.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Tak Usai

1 November 2021   17:07 Diperbarui: 3 Januari 2022   20:24 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rindu tetap takkan terbahasakan di tepian basah hujan yang mengguyur aspal jalanan. Gemuruh awan yang membentang, langkah kaki pejalan Malioboro yang saling silang penuh tantang. Angin membawa daun melanglang. Hingga menuju petirtaan Ratu Boko. Seolah danau yang penuh pukau. Bersambut relief kepala Kala dan arca Dwarapala yang menatap penuh duka. Angin membawa angan berputar searah ke arah prasawiya. Di sana arca Siva teguh bersusun di antara wangi dupa berupa-rupa.

Daun berbincang pada angin. Padanya diletakkan segala angan dan ingin yang tak direstui takdir. Mimpi-mimpi telah mampat tersumbat. Diiringi tangisan kacau dari sebuah biola bisu bertajuk Sasadara.

Cahaya badar, sasadara, candra, atau orang Jawa sering menyebutnya wulan, teruslah berpijar di awang-awang. Menerangi luka daun menganga yang penuh lepuh. Rapuh, luruh tak pernah tersentuh.

Sejenak ingin kutuangkan kata. Rindu ini adalah sapa. Sejumput puja bahwa ia tetap lirih mencintainya. Satu derajat sebelum mimpi menjadi sunyi. Meski lirih ia tetap berbunyi. Meski hanya sekadar mimpi tanpa tali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun