Mohon tunggu...
Achdiar Redy Setiawan
Achdiar Redy Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar pada Jurusan Akuntansi, FEB Universitas Trunojoyo Madura

Long-life learner. Interested in cultural studies, art, pyschology and spirituality-religiosity. Book, music and basketball lover

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Losmen Bu Broto": Menakar Makna Keluarga di Antara Tradisi dan Modernitas

20 November 2021   11:57 Diperbarui: 20 November 2021   12:24 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

"LOSMEN BU BROTO": MENAKAR MAKNA KELUARGA DI ANTARA TRADISI DAN MODERNITAS

Setelah lebih kurang dua tahunan vakum gegara pandemi, dahaga untuk menonton sinema di layar bioskop tersalurkan kemarin. Pilihannya jatuh pada sebuah film besutan Ifa Isfansyah dan Eddy Cahyono: "Losmen Bu Broto". Film ini diadaptasi dari serial TVRI sekitar tahun 1980-an yang mengetengahkan dinamika di sebuah penginapan bersahaja yang dikelola oleh keluarga Pak dan Bu Broto.

Versi sinema yang dirilis resmi Kamis 18 November 2021 ini mencoba mengangkat posisi tradisi di hadapan modernitas. Losmen, sebuah jenama atas penginapan yang bernuansa tradisional yang ketika dihadapkan fenomena kekinian akan jauh tertinggal dibanding apa yang disebut hotel. Lebih lebih losmen ini juga dikelola dengan manajemen sederhana berbasis keluarga Broto dengan tiga anaknya. Narasi yang dibangun di sepanjang cerita berporos pada dialektika keluarga sederhana yang memegang kuat tradisi (Jawa) dalam mengelola losmen serta pertentangannya dengan nilai-nilai modernitas yang mengemuka.

Bu Broto (diperankan oleh Maudy Koesnaedi) adalah figur sentral dalam losmen ini. Bersama Pak Broto (Mathias Muchus), Bu Broto mengelola losmen ini ditemani putra-putrinya: Mbak Pur (Putri Marino), Mbak Sri (Maudy Ayunda) dan Tarjo (Baskara Mahendra). Bu Broto adalah representasi peran ibu yang memiliki kekuasaan besar yang mengatur semuanya, mulai dari pengelolaan losmen (hingga hal-hal printilan) hingga seluruh kehidupan anak-anaknya. Definisi matriarkal yang memegang kokoh nilai tradisi ada dalam karakter Bu Broto. Ia senantiasa berbusana kebaya rapi, bersanggul dan cara bersikap anggun ala tradisi Jawa.

Dalam mengelola losmen, Bu Broto dibantu putra pertamanya, Mbak Pur. Sebagai kakak tertua, Mbak Pur memiliki keahlian memasak sehingga didapuk sebagai chef losmen ini. Putri kedua, Mbak Sri, diceritakan sebagai anak terpandai dari tiga bersaudara ini. Si anak tengah ini diberi wewenang mengatur secara detail hal-hal teknis operasional losmen dengan gaya anak muda. Putra ketiga, Tarjo, seorang mahasiswa yang masih sibuk kuliah ditugaskan menjadi tour guide jika ada pengunjung losmen ingin berjalan-jalan.

Dalam mengelola losmen ini, manajemen tradisional ala Bu Broto dihadapkan pada pemikiran manajemen modern ala Mbak Sri yang cerdasitu. Losmen yang bernuansa tradisional (tercermin dari desain bangunan, perabot, juga pakaian pegawainya) diberi warna modern di tangan Sri. Tamu disambut dengan hangat disesuaikan asalnya. Sajian menu makanan memberi pilihan pada tamu. Proses pemesanan juga menggunakan sistem elektronik di atas gawai ipad. Dalam beberapa peristiwa, tetamu dalam rombongan besar juga diberikan hiburan musik sembari menyantap makan malam. Lebih-lebih Sri juga memiliki kepiawaian bernyanyi.

Pada aspek bernyanyi ini pula, Sri kerap bersinggungan dengan pendirian ibundanya yang tak menyetujuinya membangun karir menyanyi di luar losmen. Bagi Bu Broto, masa depan yang jelas adalah mengelola losmen ini secara profesional, bukan menjadi artis. Konflik antara Mbak Sri dan Bu Broto semakin menjadi jadi ketika Mbak Sri menjalin asmara dengan seorang seniman bernama Djarot. Seniman dianggap Bu Broto tak memiliki masa depan yang jelas.

Karakter Bu Broto yang sangat teguh memegang tradisi dan Mbak Sri yang cenderung modern kekinian kemudian melahirkan konflik yang menguat. Hal ini berpuncak pada diusirnya Mbak Sri dari losmen tatkala ada kesalahan besar mencoreng nilai yang dipegang kuat oleh Bu Broto. Pak Broto pun tak mampu menghalangi keputusan istrinya untuk menghormati prinsip yang diyakini teguh. Mbak Pur, si sulung yang dikenal pendiam dan taat pun tak mampu merayu kedua orang tuanya agar adik yang disayanginya tetap tinggal.

Tiga perempuan (Bu Broto, Mbak Pur dan Mbak Sri) dalam film ini memiliki karakter yang sangat berbeda. Cara melihat sesuatu dan cara pengambilan keputusannya pun berbeda. Bu Pur di satu titik ektrim dan Mbak Sri di ekstrim lainnya ditengahi oleh Mbak Pur yang mencoba memahami perspektif keduanya.

Pada akhirnya, segala perbedaan ini terselesaikan dengan kesadaran asali: makna keluarga. Keluarga adalah tempat awal dan akhir. Dramatisasi konflik yang sempat merenggangkan hubungan antar anggota keluarga ini berakhir dengan pelukan hangat dan derai air mata. Bahwa ibu (juga bapak) adalah ruang berlindung yang paling hangat, seberapapun kepak sayap anak akan membumbungkannya.

Sejatinya, drama anggota keluarga yang hampir seluruhnya mengambil gambar di satu tempat ini akan cenderung membosankan. Apalagi alurnya juga terasa lambat. Namun kekuatan akting tiga perempuan ini menjadikan film ini memikat. Harus diakui, Maudy Koesnaedi sangat berhasil menghidupkan karakter Bu Broto. Putri Marino juga sangat memukau dengan penghayatan perasaannya Mbak Pur. Dan Maudy Ayunda, si pintar (dalam realitas senyatanya dan saat memerankan Mbak Sri) ini dengan lincah dan segar bergerak ke sana kemari. Kepandaiannya bersenandung dan memainkan gitar (bersama Danilla Riyadi di film ini) juga adalah nilai plus. Paras ketiganya yang juga sangat rupawan khas Indonesia sekali memanjakan mata sepanjang pemutaran film berdurasi sekitar 1,5 jam ini. Mathias Muchus yang memerankan Pak Broto juga terlihat adem dan bijak merepresentasikan ayah yang hangat dan suami yang menghargai sikap istrinya yang teguh memegang tradisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun