Mohon tunggu...
Handoyo El Jeffry
Handoyo El Jeffry Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan Siapa-siapa, Hanya Ingin Menjadi Siapa

Bila ingin mengenal seseorang, bacalah tulisannya. Bila ingin membaca seseorang, kenalilah tulisannya. Bila ingin menulis seseorang, kenalilah bacaannya dan bacalah kenalannya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

500 Tahun Benalu Penjajah di Pohon Sejarah

1 Juni 2012   20:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:30 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="592" caption="Alfonso de Albuquerque (Spanyol), benalu pertama di pohon sejarah nusantara"][/caption]

Pohon sejarah telah tertanam. Hijau rindangnya dedaunan pohon, tertutup rapat oleh dedaunan benalu. Parasit berkembang dan menumpang, tumbuh subur di sekujur dahan dan ranting, sang pohon merana kurus kering. Benalu penjajahan abadi menetap di inang pohon, sejarah bangsa. Berabad-abad sang pohon bergelut dengan parasit, perjuangan untuk kemerdekaan. Namun benalu enggan melepaskan lilitan. Sudah hukum alam, kehidupan benalu tergantung dari ‘kebaikan budi’ sang inang. Tanpa arus nutrisi inang pohon, bagaimana bisa benalu bertahan? Ke mana lagi benalu  mencari sumber energi?

Di garis waktu kambium pohon sejarah, kronologi Indonesia tertulis sebagaihistory-syajarah, gambar hidup negeri agraris gemah ripah dengan kekayaan rempah-rempah. Peradaban dunia mengalir di sungai takdir. Rol serial film dokumenter berputar,goro-goro membuka babad cerita bumi nusantara. Kocap kacarita, abad 15 Eropa keluar dari tiran zaman kegelapan ke alam pencerahan.Renaissance-Humanismmenggelora, kemanusiaan dilahirkan kembali. Uomo Universale,manusia universal menggelora dalam cita-cita. Sains-teknologi menyibak cakrawala dunia. Gelombang revolusi industri menghempaskan era penjelajahan samudera. Eksodus dalam ekspedisi, eksplorasi dan ekspansi, berkibar di atas bendera tiga misi, Gold-Gospel-Glory.

Portugal di bawah Admiral Alfonso de Albuquerque tiba di Malaka 1511, benalu pertama menempel di pohon nusantara. Hampir seabad menancapkan koloni dan imperialnya, baru 1595 mengecilkan cengkeramannya, bertahan 380 tahun di Timor Timur sampai 1975 koloni berintegrasi dengan Indonesia, meski akhirnya pada 1999 sang pohon Timor Leste terlepas lagi, berdiri sendiri sebagai negara merdeka.

Tak lama berselang, Ferdinand Magelhaens membawaarmadaSpanyoltiba di Sulawesi Utara 1521,benalu ke-2 menancapkan koloninya. Hampir dua abad bercokol, 1692 baru mengakhiri ‘masaiddah’-nya. Benalu ke-3, Perusahaan Dagang Hindia Timur,Verenigde Oostindische Compagnie(VOC) di bawah pimpinan Cornelis de Houtman tiba di Sunda Kelapa 1602 atas nama niaga. Praktek monopoli perdagangan membuka kolonialisme kompeni-Belanda, penjajahan kemanusiaan dan penindasan diambil alih oleh pemerintahNetherlandpada 1816, pohon kemerdekaan nusantara merana 350 tahun lamanya.

Tak ketinggalan, meski hanyanebengsebentar menyela meramaikan suasana , benalu ke-4Inggris, 1814 berkuasa di Bone, Sulawesi, lalu hengkang lagi dalam perjanjian niaga saat kejatuhan Napoleon Bonaparte 1816.Rafflesiamenjadi kenangan sejarah untuk mengabadikan nama bunga bangkai temuan ekspedisi Thomas Stamford Raffles 1818.

Pasca kekalahan Perang Dunia II, Belanda digusur ‘saudara tua’ Jepang 1942, benalu pertama sesama bangsa Asia, sekaligus benalu ke-5 yang pernah ada di pohon sejarah nusantara.Proklamasi 17 Agustus 1945,Indonesia merdeka, Jepang ‘dipaksa’ pulang ke negerinya, pohon sejarah pertama tertanam di tanah merdeka. Orde pertama pemerintahan negara berdaulat, Sang proklamator Bung Karno mengajak anak bangsa menggeliat penuh semangat menata republik merdeka.20 tahun berpayah-payah bersimbah darah menjaga tegaknya pohon bangsa dari sisa-sisa benalu lama.

Belum lagi sempat menikmati ranumnya buah perjuangan panjang, Soeharto tampil ke panggung kekuasaan, orde baru menawarkan jasa ‘penyelamatan’ paceklik rakyat, orde lama menjadi cerita lama dan ‘phobia.’ Harapan bangsa membubung tinggi, toh akhirnya ‘buah maja’ terpaksa ditelan lagi. Pahit, getir, perilaku benalu ternyata masih tersisa di pohon sejarah bangsa. Penjajahan model baru kental muslihat dan rekayasa.

[caption id="attachment_180304" align="alignright" width="437" caption="6 presiden RI dalam sejarah Indonesia merdeka"]

13385807802074447393
13385807802074447393
[/caption]

Satu generasi kembali merana, tiga dasa warsa berkuasa, akhirnya orde barupun tumbang lewat ‘hukum karma,’ darah, keringat dan air mata. Bangsa kembali merajut mimpi, “Kali ini pohon bangsa pasti akan tumbuh suci.” Orde reformasi menebar ueforia dan samudera janji. Empat presiden bergantian. B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono. Lagi, lagi dan lagi, penjajahan gaya terkini dimulai. Neokolonialisme dan neoimperialisme termodifikasi di era teknologi komunikasi. Atas nama kebebasan berdemokrasi dan berekspresi, benalu edisi terbaru dari sejarah panjang benalu, tumbuh semakin rimbun-tambun dan seiring waktu.

Alhasil, trio buta-betara-kala mencekik leher bangsa, korupsi, terorisme dan narkoba. Rakyat menggugat, pohonsyajarahbangsa nyaris sekarat. Lilitan benalu masih saja membelit kuat, daun-daun tak lagi rimbun, hilang satu persatu seakan dimakan ulat. Semelimpah apapun unsur hara tanah zamrud khatulistiwa, macetnya arus nutrisi membuat malfungsi metabolisme sang pohon, krisis fotosintesa berujung krisis multidimensi. Benalu penjajahan menghisap seluruh cadangan energi bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun