Mohon tunggu...
Acet Asrival
Acet Asrival Mohon Tunggu... Guru - Guru

www.berandaedukasi.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sinergitas Tri Pusat Pendidikan dalam Pembentukan Karakter Anak

14 Agustus 2018   08:31 Diperbarui: 14 Agustus 2018   09:36 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pertama, Tradisi Lisan.

Tradisi lisan adalah pola pendidikan klasik yang diberikan orangtua sejak anak masa pertumbuhan pra sekolah. Dimana orangtua menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui cerita-cerita inspiratif dalam diri anak. Melalui tradisi lisan hubungan emosional antara anak dan orangtua lebih dekat dan akrab.

Menurut AA.Navis (1984) [1] dikutip Hasanuddin WS tradisi lisan adalah warisan kebudayaan yang berupa warisan moral-spiritual yang didapatkan dan diketahui melalui tradisi keyakinan masyarakat. 

Meskipun Navis berpendapat bahwa tradisi lisan adalah nyanyian, cerita, dan kisah-kisah inpiratif dalam ketika hendak menidurkan anak. Tapi penulis memahami makna dan perkembangan tradisi lisan itu adalah sebagai upaya untuk selalu memberikan nasihat, pengalaman, pengajaran, dan tata-aturan kepada anak dalam pendidikannya.

Tradisi lisan adalah suatu aset budaya yang hampir punah dengan kedatangan dan perkembangan teknologi dan telekomunikasi yang begitu hebat. Dimana peran teknologi dalam kehidupan ini memberikan dampak besar dalam mendidik anak. 

Maka usaha untuk melestarikan kembali budaya bercerita (lisan) akan memberikan pengaruh terhadap perbaikan karakter generasi muda. Orantua memiliki peran yang besar untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan kepada anak secara lisan melalui cerita-cerita.

Dulu budaya bercerita di kalangan orangtua adalah suatu pola dalam mendidik anak, dengan pola tradisi lisan itu anak akan mengingat dan menyimpan nilai-nilai terkandung dalam cerita-cerita yang disampaikan orangtuanya. Dari nilai-nilai itu anak tumbuh dengan karakter baik dan hati yang lembut dan bahasa yang santun.

Fenemona zaman now ini, betapa nilai-nilai hidup itu tidak lagi meresap dalam diri anak-anak. Mental lemah dan kurangnya tatakrama sopan santun dan sikap saling menghargai dalam pergaulannya di masyarakat. Oleh karenanya, orangtua harus kembali membudayakan berlisan atau bercerita dengan anak untuk menanamkan pendidikan karakter dalam kehidupan anak.

Kedua, Teladan atau Ketauladan

Setelah anak dibekali dengan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan, peran orangtua dan masyarakat adalah memberikan ketauladan pada anak. Tauladan itu sangat penting bagi anak dalam rangka menemukan kebenaran dan mencocokan antara teori dengan praktik. 

Anak-anak lebih cenderung melihat mengamati kemudian menyimpulkan lalu meniru apa yang diperbuat oleh orang-orang disekitarnya. Justru itu tauladan sangat diperlukan dalam pembinaaan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun