Mohon tunggu...
Acet Asrival
Acet Asrival Mohon Tunggu... Guru - Guru

www.berandaedukasi.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran Jatuh Cinta

3 Agustus 2018   09:12 Diperbarui: 3 Agustus 2018   09:35 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku punya teman masa sekolah di MTs dulu. Inisial RB. Matanya seperti mata kucing, kulitnya kuning lansat, hidung mancung, perawakan tinggi dan postur tubuh atletit. RB menurutku cukup tampan bila dibandingkan dengan teman-teman lain. 

Di sekolah ia jadi cover boy, digerogoti senior cewek dan digemari adik kelas. Wah, tentunya kami merasa iri dan gengsi apabila jalan barengan dengan RB. U

niknya, tak sedikit a-be-ge perempuan di sekolah menyatakan suka dan cinta padanya. Tapi RB tak begitu merespon, ia hanya membalas semua itu dengan senyum tipis.

Saya suka kesal pada RB, kenapa gak ia terima saja salah satu atau beberapa orang jadi pacarnya. Selaku teman akrab RB tentu aku gemes pula melihat sikap cover boy itu yang cuek pada cewek-cewek di sekolah. 

Aku kira RB tidak tertarik dengan perempuan atau jangan-jangan ia anak alim yang sudah didoktrin orangtua untuk tidak pacaran. Penasaran itu sering aku utarakan padanya, tapi RB-- untuk yang satu itu tidak mau berterus-terang.

Bertahun-tahun lamanya, setelah menamatkan pendidikan di MTs, kami beda sekolah. Aku merantau ke kota A, RB merantau ke kota Z, jarak kota kami amat jauh, jarang dapat bersua apalagi untuk pergi main sejenak duduk ngopi layaknya masa-masa dulu. 

Tapi namanya teman akrab tentu masih terasa hangat sampai kapan pun. Bila sekali bersua, ekspresinya itu loh kayak anak-anak remaja, girang betul dan seakan-akan menjadi momen paling bersejarah dalam hidup.

RB, aku sebut ia dengan sapaan itu. Seorang lelaki muda yang baru saja menamatkan pendidikannya strata dua (2) di Sorbonne University. Aku sempat kaget, ketika ia mengabariku tahun lalu bahwa ia akan pulang ke Indonesia sebelum hari raya 'Id, tentunya ini kabar gembria yang kutunggu-tunggu, sudah  dua tahun kami tak bersua. Sesekali berkabar lewat media sosial saja.

Aku tunggu RB tepat di Juni kemarin. Pertemuan hangat yang sangat kami rindukan. Persahabatn erat, kebersamaan, dan saling pengertian adalah kunci hubungan baik kami. Aku banyak belajar dari sosok pria itu. 

Di tengah himpitan masalah kehidupannya, ia tetap kuat menjalani pendidikan di rantau orang. RB pernah bilang, "pendidikan mengajar manusia agar menjadi manusia". Lama aku renungkan kata-kata itu sampai akhirnya aku mulai mengerti kenapa pendidikan mengajar manusia menjadi manusia. Karena itulah Rb terlihat kuat dan sukses membawa gelar master.

Pertemuan kami di Juni lalu adalah cerita yang sudah lama aku tunggu. Rasa penasaran yang bertahun-tahun hinggap dalam kepalaku. Kenapa RB tidak menyukai perempuan di masa sekolah bahkan sampai ia kuliah pun tak pernah terdengar kabar bahwa ia memiliki teman dekat perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun