Mohon tunggu...
Acep Yonny
Acep Yonny Mohon Tunggu... PENDONGENG, PENULIS FREE LANCE, GURU BAHASA INDONESIA -

pendiri sanggar keluwih, media belajar menulis, edukasi, dan pengembangan diri

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasa Hidup Bejo

23 Maret 2019   20:15 Diperbarui: 23 Maret 2019   20:26 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Sebutlah namanya Bejo. Saya sengaja menyamarkan nama sahabat saya ini karena lelaki paruh baya ini tidak suka namanya dikenal. Sepintas tidak ada yang istimewa dengan Bejo. Kegiatan sehari-harinya adalah mengajar di sekolah swasta. Berangkat sekitar pukul 07.00 dan pulang selepas asar. Bila ada eskul, bapak dengan tiga orang anak ini pulang hingga menjelang magrib.

Jarang terdengar keluhan dari sahabat saya ini. Ia memang tidak banyak bicara. Lebih  suka menjadi pendengar.  Ia akan merespon dengan sikap yang baik siapa pun lawan bicaranya meski agak pelit ngomong.  Namun, berbeda halnya saat dia mengajari anak-anak menggambar.  Kang Bejo dapat menjelaskan setiap goresan dengan sangat gamblang.

Banyak orang mengira jika Bejo adalah orang yang berkecukupan. Rumahnya memang terbilang luas, tinggal di perumahan yang dijaga enam orang satpam. Namun, itu rumah paman dari istrinya. Bejo, istri, dan tiga orang anaknya hanya menumpang gratis karena pamannya tinggal di Jakarta. Orang jawa bilang hidupnya benar-benar bejo.

Betapa tidak bejo, ia bisa menumpang secara gratis di rumah yang cukup mewah dengan fasilitas yang cukup memadai: ranjang, lemari, televisi ukuran besar, dan peralatan dapur yang cukup lengkap. Saya kira tidak semua orang bisa mendapatkan fasilitas semacam itu. Permintaan pamannya, hanya minta Bejo dan keluarganya merawatnya dengan baik.

"Silakan tinggal di sini, tapi tolong dirawat ya. Namun, maaf, jika sewaktu-waktu rumah ini pak le tempati lagi. Mboten napa-napa nggeh," pesan Paman kepada Bejo dan istrinya.

Bejo beruntung mempunyai istri yang penurut.  Istri Bejo tidak pernah minta dibelikan gawai, perhiasan, gaun, atau sekadar makan di warung. Istrinya sadar betul berapa gaji guru swasta honorer. Istrinyalah yang mengatur keuangan rumah tangga sehingga tahu betul kondisi keuangan keluarga. Namun, hebatnya istrinya yang bukan seorang akuntan itu bisa mengelola gaji yang lebih kurang satu juta rupiah untuk satu bulan. Itu pun jika gajinya tidak dipotong karena keterlambatan, sakit, atau mendapat undangan dinas ke luar kota.

Sebagai seorang sahabat, saya senang bisa menjadi saksi hidupnya yang benar-benar bejo. Padahal kalau dipikir-pikir, dengan keterbatasan dana yang dimilikinya manalah mungkin ia mampu menghidupi seorang istri dan ketiga anaknya. Manalah mungkin ia mampu bersosialisasi dengan para tetangganya yang hidup di perumahan yang mewah. Bukan hal mudah tinggal di perumahan.  Ia harus mengeluarkan uang kebersihan, keamanan, arisan, dan dana sosial lainnya.  Manalah mungkin ia mampu mengundang para tetangga untuk acara yasinan dan tahlilan di rumahnya pada setiap malam Jumat. Apalagi setiap acara itu selesai, minimal tempe hangat, roti, kacang dan teh hangat disajikan untuk para tamunya.

Pintu rumah Bejo terbuka untuk siapa saja. Ada satu kamar yang memang disediakan untuk tamu. Kamar itu jauh lebih bagus daripada kamarnya sendiri. Teman-teman kampus dulu sering mampir dan kadang menginap di rumahnya, termasuk saya jika sedang tidak diburu pekerjaan. Menginap di rumahnya dijamin tidak akan kelaparan. Meskipun istri Bejo tidak pandai memasak, ia berusaha untuk memasak sendiri sehingga tidak perlu makan di warung. Sang suami pun cukup maklum jika masakan istrinya kadang kurang garam, kadang terasa pedas. Meskipun masakan ala rumahan, saya merasakan tidak kalah dengan masakan yang sering saya beli di warung-warung.

Lalu apa rahasia Bejo hingga mampu bertahan dalam ekonomi sulit? Inilah mungkin yang namanya rahasia illahi. Dan Bejo tampaknya paham benar akan hal itu. Bejo tak pernah mengeluh akan beratnya kehidupan. Bejo tak pernah menuntut akan karir hidupnya meski bertahun-tahun statusnya sebagai honorer. Bejo sepertinya tidak terlalu peduli dengan sertifikasi yang banyak diimpikan teman-temannya.

Kepasrahan Bejo inilah yang membuat saya penasaran dan ingin menggali lebih jauh tentang kehidupan Bejo. Namun, tentu itu bukan hal mudah.  Bejo selalu mengalihkan pembicaraan jika ditanya akan hal tersebut. Tampaknya Bejo ingin merahasiakan amalan kebaikan yang dilakukannya. Justru semakin misteri inilah semakin saya penasaran untuk mengetahuinya.  Maka demi terpenuhinya hasrat penasaran tersebut, saya relakan untuk menginap di rumahnya meski ini bukan yang pertama kalinya menginap di rumahnya yang besar dan bersih.

Rumah Bejo cukup luas dan besar. Di halaman depan, samping, dan belakang rumah ditanami beragam tanaman. Hewan piaraanya adalah kucing. Sedikitnya ada delapan kucing yang menumpang makan di rumahnya. Bejo sendiri sebenarnya hanya memiliki seekor kucing. Namun, ia tak kuasa menolak kucing-kucing yang entah dari mana asalnya untuk makan dan menginap  di rumahnya hingga membuat kucing-kucing itu menjadi tuman dan betah tinggal di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun