Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Bayu

19 Desember 2009   09:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:52 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai sang bayu yang menerpa.. Aku dapat mendengarmu, tapi tak dapat melihatmu. Aku merasakan sentuhan lembutmu tapi tak dapat menggambarkan bentukmu... Sang bayu... Engkau bertiup naik mendaki tingginya arga dan menuruni curamnya lembah, bertiup merata memenuhi mayapada. Ada kekuatan tersembunyi yang mengangkatmu dan kelembutan tukikanmu, serta kedahsyatan yg tertinggal setelah engkau sirna. Sang bayu... Di sebuah era ini dengan penuh gemerlap yang menyilaukan, engkau bertiup naik sambil membawa benih2 penyakit, dan dari bebukitan nan hijau engkau bertiup nafas beraroma semerbak mewangi. Dengan jalan inilah, jiwa yang kuat akan mampu mengalahkan kesedihan atas derita kehidupan0dan dalam kesunyian akan menemukan kegembiraanya. Sang bayu... Dengan kekuatanmu, engkau bisikan sebuah rahasia pada telinga insani, yang terfahami dengan baik. Tapi kami, seringkali mengabaikanya. Sang bayu... Sekarang engkau berhenti bertiup, namun kadang engkaupun bertiup semakin cepat dan bertiup tak kunjung henti. Seperti itulah manusia, yang akan berhasil jika mau menjemputnya, dan akan tergilas dari belakang jika ia berpangku tangan tanpa usaha. Sang bayu... Engkau bertiup dari segala arah penjuru. Sesungguhnya, apakah engkau slalu berubah ubah laksana usia kita yg senantiasa bertambah, ataukah engkau hanyalah sebuah arah mata angin yang menunjuk ke empat titik, sesuai kemana engkau mengarah..? Seperti itukah kita mengarahkan hidup..? Sang bayu... Dapatkah engkau mendengar ungkapan lirih ini..? Ataukah dirimu bagai seorang yg berkuasa, dan bangga atas kekuasaanya, dan tidak memperhatikan tangan2 yang terjulur atau jeritan seorang miskin yang meminta belas kasihan darimu..?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun