Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengalaman Mistis: Dikunjungi Arwah Kakek Buyut

10 Maret 2012   08:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:16 1662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman mistik ini saya alami sewaktu masih sekolah di SMP swasta di Gresik. Di kota pudak yang kental keagamaannya ini begitu banyak berdiri pabrik-pabrik plat merah diantaranya Semen Gresik dan Petro Kimia juga tidak terbilang masih banyak pabrik-pabrik berskala internasional. Karena irulah, para penduduk setempat banyak mendirikan kontrakan sederhana atau juga bisa di sebut kost-kostan. Saya adalah salah satu pengontrak rumah kost itu.
Sore itu, pada tahun 1992 sewaktu saya mengenyam tahun ke tiga di bangku SMP di kota pudak ini, aku sedang membaca buku di teras depan. Saking asiknya membaca, aku tak menyadari juka telah kedatangan seorang kakek memakai udeng (ikat kepala bermotif batik, lazim digunakan orang tua pada tempo dulu).
“Assalamu’alaikum!” ujar kakek itu.
Saya terkejut, karena tidak mengetahui kedatangannya. Belum sempat menjawab salamnya, si kakek sudah bicara terlebih dahulu, “Wah, cucu lagi asyik membaca buku toh”
Aku tersenyum, “silahkan pinarak mbak, saya mau ke dalam sebentar mengambil minuman untuk njenengan”.
Lalu saya masuk kedalam rumah untuk mengambilkan air putih, maklum tidak ada yang lain waktu itu. Sambil membawa segelas air tersebut, saya bertanya padanya, “Mbah ini siapa, dan darimana?”.
Bukan menjawab pertanyaanku, si kakek malah mengalihkan ke pembicaraan. “Cucu asal Tuban dan sekolah di sini, sekolah di SMP di jalan Usman Sadar dan kelas tiga, kan?”
Saya tersentak kaget mendengarnya. Mengapa kakek itu bisa mengetahui hal itu semuanya? Lalu saya bertanya kepadanya, “Kok Mbah bisa tahu asal saya dan tempat sekolah saya?”.
Beliau hanya tersenyum. Lalu melanjutkan pembicaraan, “Le (panggilan untuk anak laki-laki, jawa0 kamu sekarang dekat dengan nak yang bernama Rini, kan. Selain beda suku dia juga beda agama denganmu. Seandainya dipaksakan juga, tak kan berjodoh denganmu. Dan mengenai jodohmu kelak kamu akan berjodoh dengan gadis selatan rumahmu!”.
Mendengar penuturan kakek sang kakek, aku hanya tersenyum dan berkata, “ah Mbah ini seperti peramal saja. Tapi ramalan kakek semua benar. Memang saat ini saya dekat dengan gadis keturunan bernama Rini, dia banyak membantu saya kek, tapi saya tidak berpacaran dengannya”.
Itu terserah kamu percaya atau tidak. Tapi suatu saat nanti kamu pasti mengiyakan kata-kata kakek ini!” tegasnya. “Oya, kakek mau pergi dulu. Kalau kamu ingin tahu siap kakek ini, kamu tunjukkan saja cincin ini, kamu tunjukkan saja cincin akik hitam ini kepada kakekmu Matradji nanti. Dia kan memberitahu siapa diriku. Seklaigus cincin itu pakai saja untukmu sebagai kenang-kenangan.”
Kupandangi cincin berwarna hitam ini, kulihat dari balik batu hitam mengkilap itu tertulis abjad dalam bahasa arab pegon yang aku sendiri tak mengerti apa.
Anehnya, ketika aku hendak menanyakan apa makna tulisan itu, kakek itu sudah tidak ada di tempatnya. Saat itu aku betul-betul heran. Begitu cepatnya kakek itu menghilang.
Yang lebih membuatku heran, mengapa beliau mengetahui nama kakekku? Kucoba mengejarnya, karena pikirku kala itu kalau berjalan belum jauh. Tapi beliau sungguh-sungguh telah menghilang. Tak seorang pun yang mengaku telah melihat kakek berudeng itu.
Tak terasa, enam bulan telah berlalu sejak pertemuanku dengan kakek misterius itu. Dan ternyata apa yang diramalkan olehnya menjadi kenyataan.
Hubunganku dengan Rini terputus komunikasi, karena dia ikut orang tuanya ke Pontianak. di tahun 1996, saya lulus STM dengan nilai memuaskan, sesuai dengan jurusan yang saya ambil. Ya, nilaiku cukup memuaskan, saat itu aku menghayal, untuk mendapatkan pekerjaan pasti mudah bagiku karena nilai tinggi itu. Nyatanya memang demikian, saya di terima di sebuah CV di bilangan Rungkut Kidul, Surabaya. Setahun berlalu dan akhirnya situasi ekonomi bangsa ini ambruk, dampak dari reformasi, krisis Ekonomi akhirnya tempat saya bekerja pun gulung tikar alias bangkrut. Hidup di kota besar sekelas Surabaya sangat sulit.
Akhirnya kuputuskan untuk pulang ke kampung halaman. hari itu juga aku kemasi barang-barangku yang tertinggal di kost-kostan untuk pulang ke Tuban.
Tak samapi menganggur sampai satu bulan menganggur, ternyata keberuntungan berpihak kepadaku. Teman pak lek saya menawariku sebuah pekerjaan sebagai tekhnisi Genset di Kalimantan Timur, tepatnya di Malinau. Karena tempatnya bekerja membutuhkan karyawan untuk posisi itu. Dan anehnya saat saya pulang ke rumah saya sudah di jodohkan dengan tetangga dan dea minggu kemudian menikah. Aneh kan, saya mengiyakan saja. Sekali lagi, ramalan dari kakek misterius itu tepat! Jodoh saya adalah dari selatan rumah saya.
Dari pada penasaran, akhirnya aku tanyakan pada kakek (almarhum, semoga selalu di rahmati Allah) di sebuah sore waktu itu dan langsung menceritakan pengalaman aneh pada waktu itu, sembari menunjukkan cincin hitam mengkilap itu kapedanya.
Kakekku lalu mengambil batu cincin itu dan membaca tulisan arab pegon yang terdapat dibalik cincin itu. Kakekku nampak terkejut setelah membaca arab pegon itu. “syad, benar kamu mendapatkan cincin ini dari kakek itu?” Tanyanya.
Saya mengangguk. Setelah diam sejenak, kakekku memberutahukan bahwa cincin tertulis nama Mbah dari kakek saya yang di makamkan di sebuah desa di Sidayu Gresik.
Saya terhenyak, kalau hal itu benar berarti kakek misterius yang menemuiku beberapa tahun lalu di Gresik adalah arwah kakek buyutku sendiri.
Akirnya, aku harus mempercayai cerita almarhum kakeku, karena batu cincin itu adalah bukti yang nyata. Semasa hidupnya, kakek buyutku adalah seseorang yang cukup mumpuni dan ahli tirakat. Saya mengambil kesimpulan bahwa, lelaki renta berudeng itu ternyata adalah kakek buyutku sendiri yang telah meninggal ratusan tahun silam. Wallahu a’lam bishawab…

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun