Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Petilasan Ini, Bicara Sembarangan Langsung "Kuwalat"

6 April 2013   01:45 Diperbarui: 31 Desember 2016   01:09 12760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_246331" align="aligncenter" width="600" caption="(dok.pri)"][/caption]

Sebenarnya sudah dua kali saya ke petilasan Jipang ini. namun saat yang pertama kali setahun yang lalu, saya sampai pada Desa Jipang ini menjelang maghrib jadi tidak banyak informasi yang saya dapat. Setidaknya sudah cukup untuk mengobati rasa keingintahuan saya pada petilasan yang dalam sejarahnya penuh dengan tumpahan darah tersebut.

Bersama seorang kawan dengan berkendara motor saya meluncur ke petilasan kadipaten Jipang yang terkait erat dengan berdirinya Kerajaan Pajang yang terletak di desa Jipang, Kecamatan Cepuyangkurang lebihnya 50 KM-an arah tenggara Kabupaten Blora, Jawa tengah beberapa bulan yang lalu untuk kedua kalinya. Meski pada saat itu sedang musim kemarau yang lagi terik-teriknya.

Dalam sejarahnya, kadipaten ini lebih terkenal dengan nama Jipang Panolan yang berkedudukan di Desa Jipang yang berada persis di tepi Bengawan Solo, dulu, disamping sebagai pusat pemerintahan sekaligus juga sebagai bandar Perdagangan, kata kuncen yang saya temui. Dan pada saat itu pemimpin Kadipaten Jipang adalah sosok fenomenal yakni Adipati Arya Penangsang dengan kudanya yang konon terkenal sakti, “Gagak Rimang”.


[caption id="attachment_246332" align="aligncenter" width="600" caption="juru kunci sedang memandu peziarah"]

1365186841404189945
1365186841404189945
[/caption]

Sisa petilasan kadipaten Jipang Panolan setelah dihancurkan oleh Pajang yang masih ada hingga sekarang antara lain Petilasan Semayam Kaputren, Petilasan Bengawan Sore dan Petilasan Masjid. Selain itu ada juga Makam Kerabat Kadipaten waktu itu disebut Makam Gedong, didalam area makan tersebut terdapat Makam R. Bagus Sumantri, R. Sosrokusumo, R.A. Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Admojo.

Kurang lebih 20 meter ditepian Bengawan Solo terdapat Makam Santri Songo yang dibunuh karena diduga mata-mata Pajang, di antara kesembilan makam tersebut menurut kuncennya, ada beberapa nama yang dikenal yaitu, R. Bagus Sulaiman, Ismail, dan Sulastri. Lanjutkan membaca ...

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun