Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bumi, Kapetak Sajroning Lemah

10 September 2012   17:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:39 1701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tanah adalah salah satu anasir bumi selain air dan api, diluar bumi ada pendukung yang memberi kesejukkan dan kegersangan yaitu angin, bilamana bumi menjadi sejuk apabila ada keseimbangan antara air dan angin yang berhembus menyapu air yang dibawa matahari menjadi oksigen yaitu sifat air dan udara selain itu pendukung lainnya adalah lesejukkan bumi menjadi nyata apabila bumi itu subur tidak tandus atau gersang yaitu dengan adanya tumbuhan yang rimbun di bumi. Unsur bumi sebagian besar adalah tanah, bebatuan, unsur besi, zat kapur dan sebagainya. Semuanya itu merupakan bentuk benda mati sedangkan pendukung utama bumi itu menjadi seimbang agar tumbuhan menjadi hidup serta sirkulasi keseimbangan air menjadi tetap terjaga diperlukan sorot cahaya yang tiada lain cahaya berasal dari matahari.

Apabila ada perubahan cuaca, misal dalam akhir-akhir terjadi perubahan alam yang mana terjadi hujan terus menerus yang menyebabkan hasil bumi tidak maksimal ini semua dikarenakan banyaknya hama-hama tanaman yang merugikan petani. Musuh utama petani adalah hama-hama tanamana ini, kalau dimasukkan dalam hakekat dirimusuh utama manusia adalah hawa nafsu, dikarenakan hawa nafsu inilah yang dapat menjerumuskan manusiadari jurang kenistaan yang merasa dirinya terhormat menjadi terpuruk kehormatannya dikarenakan hawa nafsu ini, seorang pemimpin rakyat menjadi teraniaya oleh rakyat karena kebijakan yang menyimpang apalagi banyak kasus yang dilakukan misal korupsi, terkait pornografi dan sebagainya, yang kaya raya merasa semuanya memegang kendali perekonomian akan menjadi hancur lebur karena situasi dan kondisi negara misal kondisi demokrasi yang buruk serta adanya kebijakan perekonomian negara, pun demikian dengan yang miskin terjadi keputusasaan terpancing ikut-ikutan hawa nafsu yang mengakibatkan bunuh diri, merampok, dan mencuri dan banyak contoh-contoh yang lainnya.

Semua itu hanya permainan dunia (bumi) kotor, ya …yang bermain-main adalah “Hawa Nafsunya” yaitu wereng-wereng atau hama-hama kotor yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Selayaknya manusia itu mengikuti hukum alam apabila merasa hidup didunia dengan makhluk Allah lainnya saling menghormati, saling menjaga lingkungan alam, bersyari’at yang benar sesuai ketentuan Al-Qur'an dan Hadist sehingga apabila manusia memegang keduanya ini akan terjadi keseimbangan dunia. Demikian juga dengan rohnya apbila sudah kembali kepada Allah swt merasa yakin bahkan haqul yakin terhadap “lulusnya ujian” yang mana soal-soal ujian itu telah diberikan sebelumnya oleh Allah swt sebagai bekal turun ke dunia hingga sampai kembali kealam asalnya dengan sempurna.

Bumi, kapetak sajroning lemah adalah sebuah sanepan saja, tak lain maksudnya adalah satu petak tanah saja cukup untuk jasad tidak harus membeli berhektar-hektar tanah untuk pemakaman jasad (bumi) manusia yang mana manusia itu berasal dari tanah kembali ke tanah, semua yang penulis maksud diatas merupakan wereng-wereng yang menggerogoti jasad dan roh manusia agar roh itu menjadi tersesat apabila tidak mawas diri terhadapnya selagi hidup berkelana di dunia. Jasad itu asalnya dari tanah kembali ke tanah sepatutnya kita jangan terlalu memanjakan jasad dengan segala makanan yang enak-enak yang mengakibatkan banyaknya wereng-wereng didalam, begitu juga dengan roh manusia apabila itu yang jelek menjadi biasa, wereng-wereng (hawa nafsu) akan membawa roh menjadi tersesat. Bukankah amal ibadah seseorang itu diterima dari amal ibadah sewaktu didunia….??? Wallahu’alamu bish shawab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun