Mohon tunggu...
Ulul Rosyad
Ulul Rosyad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jangan hanya melihat dan menilainya, hampiri dan ikut prosesnya, Dan kau akan tau bagaimana Rasanya

Seorang Pencari Susuhe Angin

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Koruptor itu juga karena kodrat-Nya....???

12 September 2012   17:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:33 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa jawaban anda ketika ada pertanyaan seperti ini, dulu mana biji dan pohon…? Apa dulu biji lalu jadi pohon, atau sebaliknya dulu pohon lalu tumbuh biji…? Penulisrasa kita tidak tahu asal usulnya yang jelas, ini sebuah kehidupan yang alami. Penulis katakan alami karena keduanya saling mendukung untuk hidup. Yang jelas manusia tidak tahu alas-usulnya dulu biji lalu jadi pohon, atau dulu pohon lalu jadi biji. Ini adalah sebuah kiasan atau sanepan bagi orang-orang yang haus akan hakekat pengertian keadaan hidup antara hamba dan Tuhan, atau sebaliknya Tuhan dengan hamba.

Kalau kita menanam biji tentu asal usulnya biji itu dari buah lalu ditanam menjadi pohon tumbuh dan , berkembang, sedangkan buah berasal dari pohon yang berbuah yang mana pohon itu sudah waktunya berbuah karena umurnya sudah waktunya untuk berbuah. Kita akan dibuat bingung atas kiasan ini sebab kalau di urut dari bawah tentu biji yang ditanam lalu biji itu dari mana kalau bukan dari pohon….? Atau sebaliknya pohon itu darimana kalau bukan dari biji…?

Penulis bukan bermaksud bertele-tele menulis sanepan ini, penulis juga tidak tahu asal-usul sanepan ini yaitu antara biji dan pohon duluan mana…?, yang jelas kalau dinalar sudah ada biji jjuga sudah ada pohon dalam kenyataan sekarang. Jadi antara biji, dan pohon merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Sesekalai manusia akan menjadi biji, sesekali itu juga manusia akan menjadi pohon. Bilamana manusia menjadi biji yaitu biji yang bagus, maka akan tumbuh pohon yang berakar kuat, dan bilamana manusia menjadi pohon maka akan tumbuh buah dan berbiji bagus, karena bibit dari biji induknya sudah bagus. Barangkali, itulah maksud dari sanepan diatas, wlau sebatas taraf pengertian biji dan pohon. Ketika manusia menjadi biji, ya, jadilah biji yang bagus, artinya tingkah laku dan perilakunya diperbagus. Tingkah laku yang diperbagus adalah tingkah laku menurut sifat-sifat-Nya. Apabila bibit bijinya sudah tidak bagus tentu kita tahu ini bukan dari sifat-Nya, maka bila biji ini tumbuh akarnyapun tidak sesubur bibit biji yang bagus yang pada akhirnya akan ini berkembang dan pada akhirnya pohon itu tidak sampai dewasa sudah mati karena bijinya membusuk salahkah pohon sebagai tanaman karena tidak berkembang…? Penulis rasa ini tentu saja bukan pohonnya yang disalahkan semua ini dari bijinya. perlu kita ingat biji ini bisa bagus dan tidak semua tergantung lingkungan juga pemberian pupuk organik didalam tanah. Bisa kita artikan lingkungan dalam hal ini adalah kumpulono wong kang sholeh/berilmu rohani dan pupuk organik dalam hal ini adalah ilmu. Selalu istiqomah memberi air (ibadah kepada Allah) agar tidak kekeringan tersengat panasnya matahari, ranting-ranting pun harus bisa banyak bergerak atau bisa diartikan sifat-sifat yang bagus harus dikembangkan dan harus bebas jangan terpenjara/jiwa atau hati dan pikiran tidak terkekang dunia tidak ada halangan tanaman lain disebelahnya. Cukup udara dan tersorot cahaya matahari dalam bahasa lain sekujur tubuh bercahaya dan beraura kerohanian.

Nah, pertumbuhan inilah yang penulis maksud adalah alami, pertumbuhan bukan untuk pengesahan atau untuk mengejar sebuah ijasah yang bertitel, tetapi pertumbuhan (hidup) yang sudah menjadi kodrat-irodat-Nya, bahwa kodrat manusia itu adalah karena irodat Tuhan. Kalau sudah demikian sekarang timbul pertannyaan, apakah seorang maling itu kodrat-Nya?, apakah seorang koruptor itu kodrat-Nya, apakah pemerkosa, pembunuh, perampok dan sebangsanya itu kodrat-Nya…? Jawabannya tentu saja bukan sama sekali, justru itu adalah perbuatan setan terkutuk.

Jadi semua yang dilakukan adalah menjunjung pertumbuhan pohon hingga menjulang tinggi btumbuh subur dan berkembang serta berbuah menikmati hasilnya. Menjunjung pertumbuhan pohon berarti menumbuhkan sifat-sifat-Nya, membesarkan asma-Nya, dan juga kehendak-Nya dan sebagainya, setelah itu dinikmati buahnya atau hasilnya selamat dunia akherat, wallahu a’lamu bish shawab…………

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun