"Pertama aku dirawat di Bed 3 (tiga) diruang 1403. Kedua diruang1406 Â Bed 2 (dua). Adakah hubungan dengan Pilkada?"
Bermodalkan BPJS kelas 3 aku bisa menikmati pasilitas dan perawatan dengan baik. Hal tersebut menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga ketika aku dirawat di sebuah rumah sakit pemerintah daerah Jakarta Utara dua kali berturut-turut. Pertama dirawat dari tanggal 16
Januari hingga 22 Januari. Kemudian kedua tanggal 28 sampai dengan 5 Pebruari.
Sebenarnya, mengawali tahun 2017 adalah tahun spirit untuk mengejar sebuah impian dan berkelahi dengan waktu. Namun karena Allah berkehendak lain, akhirnya impian itu berubah, aku harus bersahabat dengan jarum suntik, obat dan makanan ala RS serta infus.
"Ini harus dirawat, "kata dokter diruang UGD.
Beberapa menit kemudian perawat datang menghampiri dan menusukkan jarum atau Kanula pada pergelangan tangan kiriku tepat di dalam vena atau pembuluh darah untuk pemberian cairan infus. Cairan infus sang penyelamat ketika kadar kolesterolku tinggi hingga menyebabkan Hypertensi mencapai 180.
Aku lalu berbaring dikasur ruang UGD yang penuh sesak, ada yang merintih kesakitan, ada yang meluapkan emosinya karena kerabat meninggal dan lain sebagainya. Semuanya menjadi satu dalam rintihan disertai tatapan kosong. Jari jemariku bergerlya diatas sebuah Hape  untuk mengabarkan bahwa aku masuk UGD.
Besok harinya ketika melewati masa rawat di UGD, aku langsung dibawah oleh seorang suster menggunakan kursi roda. Rintihan dari ruang UGD sayup sayup terdengar ketika aku masuk Liff. Beberapa menit kemudian pintu Liff terbuka tepat dilantai 14 dan langsung masuk ke  ruang 1403 Bed 3.
Selama seminggu aku melewati masa perawatan dan sangat akrab dengan infus, tensi dan suntikan bersama 7 pasien. Diruangan kami menjadi akrab antara satu dengan lainnya. Rintihan kiri kanan membuatku berusaha untuk tenang. Yang disebelahku sudah 3 minggu dirawat.  Sementara isterinya mulai mengeluh membuat keduanya ribut. Terdengar  isak tangis sang isteri membuatku tidak bisa tidur. Hal itu menyebabkan tensiku naik ketika suster pagi harinya mendatangi pasien dengan alat ukurnya.
Bed 3 menjadi saksi bisu bertempur melawan Hypertensi dan segala macam penyakit dalam yang terdeteksi oleh alat-alat canggih. Jempret sana-sini mengabadikan diriku sendiri (Selfy) sebagai kenangan bekal untuk intropeksi diri, baik jasmani maupun rohani.
Di Bed 3 aku menyapa teman-teman lewat WA dan mereka mendo'akan. Do'a mereka bisa meringankan penyakit apalagi dibesuk oleh kawan-kawan terdekat. Di Bed 3 juga aku berusaha untuk tetap Sholat 5 waktu sambil berdoa untuk pasien diruangan itu bisa cepat sembuh sehingga bisa kembali berkumpul dan menafkahi keluarga serta beribadah kepada Allah.
Tiba hari H salah seorang dokter ER mengatakan bahwa aku sudah bisa pulang.