Mohon tunggu...
Abu Tajir
Abu Tajir Mohon Tunggu... Freelancer - Bakul buku

Bakul buku yang hobi duit, nulis dan mengolah manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rajin Ibadah tapi Munafik, Kok Bisa? (Tafsir Surat Al-Maun) | Buya Hamka

7 April 2021   21:39 Diperbarui: 7 April 2021   21:45 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

1- Tahukah engkau, siapakah orang yang mendustakan agama?

2- Itulah orang yang menolakkan anak yatim

3- Dan tidak mengajak atas memberi makan orang miskin

4- Maka kecelakaan akan didapati oleh orang-orang sembahyang

5- Yang mereka itu dari shalatnya, adalah lalai

6- Orang-orang yang riya'

7- Dan menghalangi akan memberikan sebarang pertolongan

Tahukah engkau"- hai Utusan Kami- "Siapakah orang yang mendustakan agama" (ayat 1).

Sebagai juga terdapat dalam ayat-ayat yang lain, bilamana Tuhan memulainya dengan pertanyaan, adalah berarti menyuruh kepada RasulNya agar ini diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Karena kalau hal ini tidak dijelaskan berupa pertanyaan seperti ini, akan disangka orang bahwa mendustakan agama ialah semata-mata karena menyatakan tidak mau percaya kepada Agama Islam. Dan kalau orang sudah sembahyang, sudah puasa, dia tidak lagi mendustakan agama. Maka dengan ayat ini dijelaskanlah bahwa mendustakan agama yang hebat sekali ialah; dijelaskanlah bahwa mendustakan agama yang hebat sekali ialah; "Itulah orang yang menolakkan anak yatim" (ayat 2). Di dalam ayat tertulis yadu'-'u (dengan tasydid), artinya yang asal ialah menolak. Yaitu menolakkannya dengan tangan bila dia mendekat.

Permakaian kata Yadu'-'u yang kita artikan dengan menolakkan itu adalah membayangkan kebencian yang sangat. Rasa tidak senang, rasa jijik dan tidak boleh mendekat. Kalau dia mencoba mendekat ditolakkan, biar dia jatuh tersungkur. Nampaklah maksud ayat bahwa orang yang membenci anak yatim adalah orang yang mendustakan agama. Walaupun dia beribadat. Karena rasa benci, rasa sombong dan bakhil tidak boleh ada di dalam jiwa seorang yang mengaku beragama.

"Dan tidak mengajak atas memberi makan orang miskin" (ayat 3). Dalam bahasa Melayu yang terpakai di Malaysia disebut menggalakkan. Dia tidak mau menggalakan orang supaya memberi makan orang miskin. Dilahapnya sendiri saja, dengan tidak memikirkan orang miskin. Atau tidak dididiknya anak isterinya supaya menyediakan makanan bagi orang miskin itu jika mereka datang meminta bantuan makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun