Mohon tunggu...
Abu Tajir
Abu Tajir Mohon Tunggu... Freelancer - Bakul buku

Bakul buku yang hobi duit, nulis dan mengolah manusia

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Intelijen Itu Kunci!

4 Maret 2021   22:06 Diperbarui: 4 Maret 2021   22:14 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Pada abad 13 Masehi disaat dunia menyaksikan ekspansi besar-besaran orang Mongol: Subotai yang merupakan salah satu jendral andalan Genghis Khan berhasil menggunakan sistem intelejen yang sangat rapih, efektif juga disiplin. Denganya ia berhasil dengan gemilang menaklukan banyak daerah di arah barat Mongolia. 

Seorang sejarawan mencatat:

"Disaat orang-orang Eropa tidak tahu apa-apa tentang orang Mongol... orang Mongol malah tahu tentang kondisi orang-orang Eropa sedetail-detailnya; mulai dari kondisi sosial, kepercayaan, geografis, politik, ekonomi..."

Seorang adipati di daerah Bavaria, Jerman, mengatakan:

"Siapa saja yang ingin perangnya berjalan lancar, ia harus memiliki data intelijen yang berkualitas... datanya harus menyeluruh dari berbagai sisi... tapi kamu jangan percaya mati kepada agenmu itu dan jangan bilang-bilang kepada mereka apa saja yang mau kamu lakukan dengan data dari mereka"

Kutipan tersebut benar adanya karena banyak terjadi "malam ini kawan besok tiba-tiba menjadi lawan". Di masa modern ini, dimana para petugas intelijen banyak yang menjadi pegawai negeri, kemungkinan mereka untuk tiba-tiba untuk berkhianat berhasil diperkecil karena mereka dan keluarganya terikat dengan sistem resmi yang ada.

Di abad 18 dan 19, banyak kerajaan-kerajaan di Eropa yang melaksanakan misi-misi intelijen dengan sembrono, dan dari misi-misi sembrono inilah banyak lahir drama.

Banyak dari diplomat dan para petugas pembantunya yang merangkap tugas sebagai agen lapangan dengan pengecualian hanya sedikit yang benar-benar bersih. Sampai masa kita sekarang ini, batas antara kegiatan diplomasi dan intelijen tetaplah buram.

Seseorang yang pantas digelari sebagai bapak intelijen modern adalah Raja Frederick The Great, yang dibawah arahan dia dan bantuan dari Wilhelm Stieber, kerajaan Prusia berhasil membentuk sistem intelijen yang sistematis, terinstitusi dan terorganisir rapi untuk pertama kalinya. 

Kerajaan Prusia lah yang pertama kali mengintegrasikan intelijen kedalam fungsi staf umum negara, dan dengan intelijennya yang sakti ini, kerajaan Prusia bisa meraih banyak prestasi gemilang di Abad 19. Kerajaan-kerajaan Eropa lainnya setelah melihat kesaktian dinas intelijen Prusia itu segera membentuk sistem intelijen sendiri yang berkiblat pada miliknya Kerajaan Prusia.

Di akhir tahun 1800an, Eropa sudah menjadi jejaring rumit dan luas dari para petugas intelijen dan kontra intelijen, juga sampai sekarang. Hanya sedikit hotel, restoran dan tempat-tempat tempat bertemunya orang banyak yang bersih dari aktivitas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun