Mohon tunggu...
Ibnu Sadan
Ibnu Sadan Mohon Tunggu... Jurnalis - https://bit.ly/belajarviainternet

Orang sukses berperilaku terhormat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pelajaran dari Sepatu

2 Desember 2016   15:37 Diperbarui: 2 Desember 2016   16:04 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serasi karena beda posisi. Dok.pribadi

Abu Khasit mendapati salah seorang anaknya jadi pendiam. Dia pun berusaha mencari tahu, gerangan apa buah hatinya tiba-tiba berubah jadi begitu. Akhirnya dia memperoleh informasi, ternyata ada satu ganjalan di dalam hati yang menggerogoti kalbu. Keinginan selalu berada di depan terhalang oleh temannya sebangku. Sehingga wajahnya berubah menjadi sendu.

Untuk mengobati penyakit hati yang mulai menggerus nurani anaknya itu, Abu Khasit mengajaknya bercerita tentang sepatu. Anakku, demikian dia memulia, pagi ini apakah kamu masih memakai sepatu?

Coba kamu rasakan, betapa senangnya berjalan dengan menggunakan sepatu. Kaki mu terlindungi dari duri dan batu-batu yang berserakan di jalanan. Penampilan mu pun bisa lebih menawan jika dibandingkan kamu berjalan hanya dengan kaki telanjang. Apakah kamu tahu, ada salah seorang mantan pejabat tinggi di negri ini yang masa kecilnya hidup susah, dulu sangat berkeinginan untuk dapat membeli sepatu.

Tapi lupakan dulu tentang mimpi masal kecil pejabat itu, jika kamu masih penasaran tentang ceritanya nanti bisa kamu baca sendiri kisah hidupnya yang sudah ditulis dalam bentuk sebuah novel.

Sekarang ayah ingin menjelaskan sebenarnya ada pelajaran yang berharga bisa diperoleh dari sepatu. Coba kamu perhatikan baik-baik sepatu mu. Ada yang kiri dan ada yang kanan, bukan? Sepatu memang harus sepasang, jika hanya satu yang kiri atau yang kanan saja, maka sebagus apa pun kualitasnya,  dia tetap tidak akan bisa digunakan. Kalau yang satu hilang atau pun rusak siapapun pasti tidak akan mau memilikinya lagi.

Demikian juga hidup ini, nak! Kita hidup tidak boleh selalu mau menang sendiri. Seperti sepatu tadi, ketika kita berjalan, yang kiri dan yang kanan akan silih berganti berada di depan dan di belakang. Dengan begitu perjalanan kita bisa sampai ke tujuan.

Ketika berada di depan tidak boleh menyombongkan diri, dan saat giliran di belakang tidak perlu pula bersedih hati. Nikmatnya sebuah perjalan justru dikarekan ada keikhlasan dari sepatu yang selalu beganti posisi.

Maka itu tersenyumlah selalu agar hidup mu lebih berarti. Dengan pasangan jangan pernah kamu merasa iri, karena kita tidak akan pernah bisa hidup sendiri. Walaupun pasangan sesuai masanya memang akan terus berganti, kecuali kalau kamu sudah menikah baru kamu memperoleh pasangan keluarga yang akan memadu janji sehidup semati. Kalau sekarang pasanganmu, adalah siapa yang sering bersamamu. Kalau di rumah pasangamu tentu dengan adik atau kakak mu, di sekolah teman mu sebangku, di tempat kost teman mu sekamar, demkianlah  seperti sepatu selalu ada pasangannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun