Mohon tunggu...
Ibnu Sadan
Ibnu Sadan Mohon Tunggu... Jurnalis - https://bit.ly/belajarviainternet

Orang sukses berperilaku terhormat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kerja dan Hemat, Inilah Caraku Berpastisipasi Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

3 Agustus 2019   12:37 Diperbarui: 3 Agustus 2019   14:25 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berpartisipasi menjaga stabilitas sistim keuangan negara agar tetap stabil sesungguhnya merupakan kewajiban setiap warga. Sama pentingnya dengan menjaga stabilitas keamanan dari ancaman penyerangan negara luar yang ingin mencalpok wilayah kita, atau sama urgenya dengan menjaga supaya  jangan sampai lahir  pemberontakan di lingkungan kita yang dapat mencabik-cabik persatuan dan kesatuan bangsa.

Cara yang ditempuh  Bank Indonesia  mnenjalin kerjasama dengan Kompasiana untuk mengadakan lomba blog competition tentang SSK ini, merupakan suatu hal yang perlu dipuji. Karena dengan adanya lomba ini, berarti Pemerintah Indonesia melalui BI, seakan-akan sedang menghimpun semua kekuatan untuk menghadapi ancaman yang sangat membahayakan.

Dengan begini, Pemerintah melalui BI, juga telah memberikan kesempatan kepada semua rakyatnya untuk urun rembuk memikirkan masalah bangsa. Rakyat merasa dihargai. Sama seperti ketika ancaman bahaya jika negara  hendak diserang musuh, baik dari luar maupun dari dalam, Pemerintah tidak hanya mengandalkan kekuatan pada TNI dan Polri saja untuk menghadapinya. Melainkan seluruh lapisan masayarakat diminta untuk membela kedaulatan negaranya.

Berpijak dari pemikiran di atas, penulis walaupun bukan seorang ekonom, namun tetap juga ingin menyumbang saran demi negara tercinta ini agar tidak sampai kolaps oleh sistim keuangan yang tidak stabil.

Sumbang saran dari penulis ini tentunya secara garis besarnya saja. Soal teknis pelaksanaan secara terperinci nanti bisa dipikirkan dan dilaksanakan secara lengkap oleh pihak yang berwenang dan pengambil keputusan yang berwawasan ekonomi lebih luas.

Ibarat ingin mengatur keuangan dalam satu keluarga, sumbang saran dari penulis ini tak ubahnya seperti usulan seorang anak kepada ayahnya. Sang anak tentunya tidak memiliki wawasan seluas wawasan ayah, maka yang disampaikan hanya sekedar usulan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam menetapkan satu keputusan.

Sekarang langsung saja ke pokok persoalan, penulis ingin membagikan sebuah pengalaman sederana yang sering penulis terapkan dalam kehidupan pribadi sehar-hari. Pengalaman ini terinspirasi pada sebuah cerita yang sangat indah dalam Al Quran. Yakni Cerita Nabi Yusuf, ketika Raja Mesir menghadapi ancaman krisis kekeringan di wilayah kekuasaannya  selama tujuh tahun yang akan datang, yang diketahuinya melalui mimpi.  Dia minta nasehat kepada Yusuf.

Saat itu Nabi Yusuf bertindak selaku penasihat kuangan negara. Kemudian Yusuf pun terkenal sebagi ahli ekonomi dunia yang belum pernah ada tandinggannya. Kemampuannya bertiori dalam hukum ekonomi dan melaksanakan sendiri tiori tersebut sungguh luar biasa. Sejarah telah membuktikan, tujuh tahun negaranya mengalami masa paceklik, namun rakyat di seluruh pelosok negri itu tidak merasa kekurangan makanan. Bahkan dalam masa-masa paceklik tersebut rakyat-rakyat negara lain masih sempat dibantu.

Kisa ini tentunya dapat dilihat secara lengkap dalam Al Quran surat ke 12 (Yusuf), antara ayat 47 hingga 100. Tiori ekonomi Yusuf itu sebenarnya sangat sederhana, bisa dilihat pada butir kalimat yang disampaikannya kepada raja.

"Buka lapangan kerja banyak-banyak dan jangan hidup boros," begitulah lebih kurang makna pesan Yusuf itu menurut pemahaman saya bila disampaikan dengan bahasa kita sekarang. Untuk lebih jelasnya mari kita simak langsung kutipan ayat 47 Surat Yusuf yang artinya: Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan."

Kata bertanam tujuh tahun sebagai saran Yusuf yang disampaikan kepada raja, menurut pemahaman saya dapat diartikan, bahwa bukalah lapangan kerja seluas-luasnyanya dan ciptakan rasa aman agar semua orang bisa bertanam. Bertanam di sini jangan hanya diartikan dalam bhahasa yang sempit, melainkan bermakna luas sekali.  Orang yang punya lahan bisa menanam bibit, orang kaya bisa menanam modal, orang yang punya keahlian tertentu bisa menanam keahliannya, dan orang yang tidak punya apa-apa pun bisa menanam jasa tenaganya. Demikianlah lebih dan kurang.

Sementara makna kalimat apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan, dapat diartkan janganlah hidup boros. Dengan bahasa lain, jangan hidup konsumtif. Huduplah hemat! Perhatikan struk pengeluaran jangan sampai lebih besar dari pada struk pendapatan yang dapat membuat stress, bahkan bisa menjadi stroke.

Dalam hal tersebut Yusuf memberi saran kepada raja sebagai pemimpin dari rakyatnya, supaya dapat memberi contoh sekaligus memimpin masyarakat untuk hidup sederhana. Tidak memamerkan gaya hidup glamor yang dapat menguras semua penghasilan untuk membeli barang-barang yang mewah, seperti barang-barang yang banyak disita oleh KPK belakangan ini.

Selanjutnya dalam ayat-ayat berikut perilaku Yusuf saat diangkat menjadi pejabat pemerintah sebagai bendahrawan negara keteladanannya pun sangat mengagumkan. Ketika dia membantu keluarganya, yang dia bantu hanya bahan makanan agar mereka tidak lapar. Yusuf tidak memindahkan harta negara menjadi harta atas nama dirinya atau saudara-saudaranya. Padahal jika ingin, Yusuf punya kesempatan membuka tabungan di negara lain atas nama saudara-saudaranya agar tidak katahuan, karena Yusuf bukan penduduk asli negera setempat.

Bercermin pada cerita di atas saya secara pribadi menerapkannya seperti ini. Yakni; kerja, kerja, dan kerja. Persis seperti kalimat yang sering diucapkan Bapak Jokowi Presiden kita. Kemudian dilanjutkan dengan hidup hemat, memenuhi kebutuhan sesuai dengan kemampuan, dan mengurangi pengeluaran yang hanya berdasarkan keingnan. Karena keinginan jika dituruti tidak pernah ada ujungnya.

Kerja yang saya lakukan pun tidak pula yang hebat-hebat, yang penting setelah bangun tidur jangan disambung dengan tidur lagi. Seperti baru saja saya lakukan sebelum membuat  tulisan ini, yaitu menanam pohon cabe. Pohon cabe yang sudah besar di tempat persemaiannya saya pindahkan agar hidupnya lebih besar peluang menghasilkan buah yang banyak.

Sebatang pohon cabe, kalau pun tumbuh dengan baik dan berbuah lebat, memang tidak besar pengaruhya kepada stabilitas sistem keuangan, mungkin perumpamaanya sama seperti kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun