Mohon tunggu...
Abu Kemal
Abu Kemal Mohon Tunggu... Pensiunan -

- 33 : 70-71

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Ditolong" Petugas Bandara.

22 Februari 2012   10:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:19 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

abu kemal :

Senin malam kemarin kami mengantar  anak yang akan kembali ke Jakarta via  bandara Juanda, tiket Lion  penerbangan pukul 19.40 sudah ditangan. Tenang pikir kami, jarum jam di 19.23  ketika aku hentikan kendaraan di dropping area, seperti biasa setelah anakku masuk bandara, kami segera pulang, biasanya  mobil ngendon disitu  tak lebih dari 5menit.

Tetapi kali ini beda, karena begitu didepan check in konter, si bungsu nelpon, "lewat yah, aku telat, ga bisa boarding, harus ganti tiket,  . .. . . . . ", dan kami bertemu dia di pintu keluar.  Singkat cerita, begitu keluar, kami didatangi "penjual tiket pengganti" .Tiket pengganti (dari calo tiket) langsung kami dapatkan.  Kami tak sempat berfikir lagi melihat tiket pengganti itu, yang penting si bungsu  harus berangkat malam itu, "tidak usah dibayar dulu pak, nanti saja kalau pesawat sudah benar2 berangkat, baru bapak bayar", kata mas calo meyakinkan.

Karena menunggu sampai pesawat  benar2 terbang serta  anak kami terbawa dengan aman, aku baru sadar bahwa mobil sudah  ndekem di drop area lebih dari 20 menit.  Setelah membayar 500ribu pada mas calo, aku beranjak pulang.

Benar saja, ketika menghampiri mobil kami, roda kanan depan sudah ada "hiasan" berupa dua balok kayu besar berwarna kunig-hitam,  lengkap dengan rantai dan gembok. Mobil gak akan bisa bergerak ke-mana2, apalagi jalan. Masih untung fikirku, biasanya malah mobil sudah diderek dibawa petugas.

Aku celingukan mencari petugas yang melakukan "hukuman" tapi tidak ketemu, lalu aku tanya pada petugas angkut barang, bagaimana caranya  kami yang bisa "mengambil mobilku". Atas sarannya, kami menuju ke  Administrasi Bandara.

Masuk ruangan "administrasi bandara", sudah  ada tiga petugas, satu dibelakang meja, dan dua orang lagi duduk  di kursi lain sambil menggenggam handitalky. Ketika kuadukan nasib mobilku, petugas meminta kami menunjukkan SIM dan STNK, kemudian bla bla bla membacakan Surat Keputusan DIRJENNUB : NOSKEP/100/XI/1985, Tgl 12 November 1985, tentang PERATURAN DAN TATA TERTIB BANDARA, kemudian dikatakan bahwa untuk mengambil mobil tersebut kami harus menyerahkan foto copy STNK dan SIM, saat itu juga. "Tetapi karena di  bandara tidak ada tempat foto copy, kami bisa menolong bapak meyelesaikan masalah ini dengan mengganti biaya  foto copy" begitu katanya kemudian. Karena kami ingin segera pulang, dan "sudah faham maksudnya"  kami  serahkan saja selembar  uang 50ribuan.  Sim dan STNK dikembalikan lagi pada kami, dan tanpa ada ritual menulis formulir dan lain2 kamipun pamit.

Diluar, didropping area,  dengan tersenyum, tanpa kami minta  "petugas lain"  yang berbadan besar sudah siap melepas balok yang ter gembok diroda mobil kami. Kami melambaikan tangan, lalu mobil kamipun  beranjak pergi.

Berbekal handitalky, sebuah kerja sama yang bagus, cepat dan efektif telah terjalin rapih, antara antara petugas bandara yang di lapangan dan didalam kantor, set wet wet.  Lumayan juga kira2 bisa mereka dapatkan, karena tak sedikit mobil2 yang  terlihat tergembok rodanya malam itu. Terus kami jadi menghitung-hitung, kalau dari pagi hari, . . . . . . . . . .pasti sebuah jumlah rupiah yang tak sedikit.

Dijalan aku dan istri  menarik nafas, mimpi apa kami semalam, setelah didholimi Lion, eh petugas bandara minta  pula. Nasib.

Tak ingin kami menyalahkan siapapun karena kejadian2 tadi adalah berawal dari ketelodoran kami sendiri, terlambat bording, dan terlalu lama memarkir kendaraan di tempat yang jelas2 ada tanda "dilarang parkir".  Sungguh, sebuah pelajaran  "mahal"  bagi kami.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun