Mohon tunggu...
Abu Al Givara
Abu Al Givara Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya Menulis, Bukan Penulis

Jadilah pembelajar yang terus bersabar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Dewan, Kembalilah seperti Dulu Saat Momen Pemilu

8 Mei 2020   02:46 Diperbarui: 8 Mei 2020   02:43 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak dewan, masih ingatkah momen Pemilu lalu? Engkau menghamburkan uangmu, membagi sembako hingga pakaian untuk warga, meski warga saat itu, mungkin tak berharap. Engkau ikhlas memberi, meski tak diminta.

Dulu engkau sangat berbaik hati. Engkau merelakan separuh waktumu demi warga, bertemu sembari mendengarkan keinginan dan keresahannya. Engkau bahkan tak ingat tidur, rela berhari-hari berbincang dengan warga, berkampanye tentang masa depan yang sejahtera, bersuara lantang tentang pemberantasan kemisikinan.

Engkau pun tak malu bergotong-royong bersama warga di tempat-tempat kumuh yang bahkan kulitmu tak pernah menyentuh sebelumnya. Bercanda tawa bersama, berkeringat bersama, berbincang dengan sesekali menyimak cerita-cerita warga nan resah.

Engkau hadir memberi cerah. Saat itu, kaulah tumpuan harapan dimana warga melangkahkan kaki kedepannya. Sungguh mulia engkau yang dulu.

Tapi kini semuanya berubah. Engkau telah lupakan semuanya. Sekejap saja kebajikanmu hilang disaat engkau menang. Engkau kini tak lagi menjadi harapan. Sebaliknya, justeru berulah semakin tak wajar. Dan wajar jika engkau dikatakan sebagai musibah akhir-akhir ini.

Jiwamu menghilang meski ragamu masih ada. Engkau mati rasa, meski lidahmu tetap mengecap rasa. Sungguh hatimu tak ada lagi meski jantungmu masih berdetak. Engkau mewujud seperti Iblis yang mengerikan.

Betapa tidak, disaat warga sedang mempertaruhkan nyawa menghadapi bahaya virus, engkau malah sibuk mengurus berbagai RUU yang justru memperparah bencana. Engkau malah menghabiskan waktumu untuk membuat warga semakin sengsara. Alasanmu manis dikhayalkan, namun derita yang dirasakan.

Katamu mensejahterakan, tapi justru menyengsarahkan. Engkau paksakan niatmu, yang menurutmu baik, disaat tenaga medis sedang kelengahan berjuang melawan virus corona. Kau ngotot mensahkannya disaat warga kita satu demi satu tumbang karena terkena virus corona.

Sadarlah, bahwa yang engkau paksakan itu ditolak oleh jutaan warga. Dan renungkanlah, yang ingin kau sahkan itu pernah mengorbankan nyawa saudara seperjuangan kami. Kawan mahasiswa yang kehilangan nyawa saat itu.

Berhentilah paksakan pembahasan RUU itu. Untuk sementara ini, warga butuh kehadiran engkau sebagai wakilnya. Warga butuh kesehatan serta keselamatan dan tentu tanpa kemelaratan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun