Mohon tunggu...
Hanif Ahmad
Hanif Ahmad Mohon Tunggu... Koki - Bekerja sebagai Head Pastry Chef

Shilaturahmi dengan menulis di RPHA Cianjur/Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Pengetahuan sebagai Sumber Keyakinan atau Emosikah yang Lebih Dominan

15 April 2020   06:25 Diperbarui: 15 April 2020   06:18 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber photo: kreasi aplikasi komik mr om dan mang nata | dokpri

Mr. Om :
Kalau menurut Mang nata, bagaimana informasi atau pengetahuan yang ada dalam pikiran mempengaruhi keyakinan (believes)?. Dan keyakinan itu digunakan sebagai nasehat (dalam hal emosi positif), atau berupa penghakiman karena ada keyakinan yang berbeda (dalam hal emosi negatif).

Mang nata :
Bisa jadi seseorang memiliki informasi atau pengetahuan kemudian menjadi sebuah keyakinan agama misalnya. Disebabkan oleh mana yang lebih dulu memberikan doktrin atau nasehat secara terus menerus dari satu sumber pengetahuan. Seperti keyakinan dari nenek moyang atau orang tua.

Mr. Om :
Berkaitan dengan treatment bertahan hidup. Doktrin, hukum, dosa, akhirat, Tuhan. Dengan informasi atau pengetahuan terbatas dari hanya satu sumber saja. Emosi keyakinan tiba-tiba saja muncul.

Mang nata :
Bisa jadi demikian, jika sebuah keyakinan bukan berasal dari informasi atau pengetahuan yang utuh. Apalagi doktrin atau nasehat yang menutup celah pengetahuan lain sebagai pembanding. Sehingga timbulah sikap memvonis keyakinan orang lain yang pasti salah. 

Keadaan ini bisa difahami karena keyakinan dalam model ini, lebih awal mengisi kekosongan informasi yang ada di otak. Seibarat otak itu putih, tiba-tiba masuk keyakinan warna biru misalnya. Maka untuk merubah warna tersebut akan sulit sekali.

Mr. Om :
Yaa, jadinya dalam keadaan ini, respon otak sebagai olah pikir tidak utuh. Karena hanya satu sumber pengetahuan atas kayakinan tersebut.

Mang nata :
Setuju sekali karena ini juga yang menjadi pola turun-temurun sebagai hikmah. Aku (Tuhan) menjadikan kalian berbeda-beda (dalam keyakinan) untuk saling mengambil pelajaran. Ini adalah pesan yang sangat istimewa : "Untuk mengambil pelajaran". Bukan terjebak dalam emosi perselisihan dari adanya perbedaan keyakinan tersebut.

Mr. Om :
Yang lebih seru, jika keyakinan itu tidak menjawab atau menyelesaikan permasalahan hidup.

Mang nata :
Benar sekali karena semua orang hanya melihat dari keyakinannya masing masing. Bahkan memaksa orang lain untuk menerima keyakinannya tersebut. Jika sikapnya tidak arif dalam upaya menyampaikan dakwah nasehat kebenaran atas keyakinannya tersebut. Maka bukan menyelesaikan masalah, malahan menjadi sumber komplik yang sulit diuraikan.

Treatment  berupa doktrin yang secara tidak langsung memaksa untuk yakin saja, tanpa ada kemampuan menguraikan secara detail dari pengetahuan tersebut. 

Kemudian yang lebih parah lagi bila celah pembanding pengetahuan ditutupi berupa penghakiman salah atas keyakinan orang lain, bahkan dengan rekayasa hoak misalnya. Maka semua murid-murid yang belajar seperti ini akan memiliki pola seperti itu. Lebih kuat emosi konfliknya, dari pada penyeselaiannya. Padahal dalam kondisi seperti ini pencerahan dan keseimbangan pengetahuan yang utuh sangatlah penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun