Mohon tunggu...
Abu Ga
Abu Ga Mohon Tunggu... lainnya -

take it easy, make it simple and life is beautiful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

NIla Setitik Rusak Susu Sebelanga, Panas Setahun Dihapus Hujan Sehari.

24 Oktober 2011   05:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:34 1672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

peribahasa 'nila setitik rusak susu sebelanga' adalah peribahasa yg kita kenal sejak di bangku esde. namun kembali menjadi populer ketika presiden sby menyampaikan ketika berpidato menanggapi gunjang ganjing di tubuh pede, partai yg dilahirkan, dibesarkan dan membesarkan dirinya dinodai oleh politikus sekelas nazarudin. perbahasa 'panas setahun dihapus hujan sehari' juga bermakna hampir sama. meskipun menurut saya pribadi peribahasa ini sangat cocok untuk masayarakat timur tengah. hujan sehari di padang gurun mampu melupakan kepanasan setahun di padang tandus. bagi anak indonesia peribahasa- peribahasa tersebut sangat akrab di telinga murid-murid esde di tanah air. saya juga yakin peribahasa ini juga dikenal oleh bangsa lain dengan bahasa ibu mereka sendiri. sayangnya ketika tumbuh dewasa kita sering lupa memaknai peribahasa tersebut. inti dari kedua peribahasa tersebut adalah apabila anak manusia melakukan kesalahan sedikit saja maka itu bisa menghapus kebaikan yang pernah dibuat seumur hidupnya. ibaratnya menebar titik noda (lambang dosa) ke dalam ke sebelanga susu (lambang kebaikan). demikian juga dengan peribahasa kedua diibaratkan menyiram air yg bisa menghanyutkan segala kebaikan. di sisi lain peribahasa ini seharusnya ini juga bisa diartikan sebaliknya. sekali berbuat kebaikan seharusnya bisa menghapus kesalahan yang telah dibuatnya. ibaratnya menyirampak air kehidupan dalam kedahagaan. Ibarat hujan yang menghapus kekeringan dan menumbuhkan harapan kehidupan yang baru. namun demikianlah hukum manusia atau alam. lalu, adilkah?. boleh saja kita menyebut tetapi kita ambil sisi positifnya saja. 'berhati-hati kepada dosa dan kesalahan karena itu bisa menghapus kebaikan kita selama ini" jika saja ada seorang motivator, guru, kyai, pendeta, pastor yang telah mendedikasikan seumur hidupnya dalam kebaikan. tiba-tiba dia melakukan kejahatan manusia seperti memperkosa, membunuh atau memutuskan memilih mati dengan cara bunuh diri, maka hapuslah segala kebaikan di mata umat manusia yang selama ini memujanya. manusia hanya akan mengenangnya sebagai manusia yg berdosa dan hina. kita bisa berdalih tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna, manusia adalah tempat lupa dan dosa, setiap insan ada sisi postif dan negatifnya, dsb. yakinlah ungkapan - ungkapan ini tidak bisa dijadikan alasan untuk berbuat dosa atau kesalahan. bahkan hukum pidanapun tidak memberi ruang pasal yg meringankan dengan ungkapan tersebut di atas. tuhan maha pengampun itu pasti dan itupun bukan sebagai alasan untuk berbuat dosa lalu minta ampun dan tobat kemudian masyuk syurga.  salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun