Mohon tunggu...
Abu Ga
Abu Ga Mohon Tunggu... lainnya -

take it easy, make it simple and life is beautiful

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Asphire Park, Oase di Tengah Gurun Pasir

6 Desember 2009   06:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:03 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Asphire Park

Taman ini terletak di belakang Pusat Perbelanjaan Hyatt Plaza dan Villagio. Termasuk dalam wilayah Sport City yang menjadi ajang utama perhelatan Asian Games 2006 yang lalu. Di sini juga terdapat komplek olahraga yang komplit dan berstandar internasional.

Di samping taman ini juga tersedia hamparan padang rumput yang luas untuk bermain bola. Saking luasnya bisa menampung lima kelompok masyarakat bisa bermain bersama-sama. Di sinilah Persiqa (persatuan Sepak Bola Indonesia Qatar) berlatih setiap Jum’at pagi.

Hamparan rumput yang luas dan menghijau itu menyihir kota padang pasir menjadi padang rumput. Di antaranya tumbuh pepohonan yang menjadi tempat pengunjung bernaung dari sengatan matahari. Ini adalah tempat yang indah bagi warga Doha menghabiskan akhir pekan atau masa liburan anaka-anak sekolah.

Di sisi taman ada gundukan tanah yang menyerupai gunung- gunung kecil. Di gunung yang menghijau bak pegungungan tropis. Ada jalan cycling track menuju bukit yang tak berbunga itu. Di tengah ada danau buatan yang airnya bening membiru. Anak-anak bebek berenang keriangan ke sana - ke mari. Di sisinya terdapat pahatan keindahan dan air mengalir di antaranya. Di sisi ujung yang lain ada air mancur yang melengkung yang saling bersautan dari kedua sisi. Menaungi dan memberi kesejukan kepada setiap pengunjung yang lewat di bawahnya.

Dua daratan yang terpisah oleh danau dihubungkan jembatan. Di seberang jalan ada rumah yang terbuat dari gelondongan kayu yang artistik. Arsitektur rumah ini mengingatkan kekayaan kayu dan hutan bumi katulistiwa. Sekilas tampak seperti bangunan rumah yang banyak kita jumpai di pinggir-pinggir hutan Indonesia.

Melihat sketsa taman ini saya dibawa masuk ke lorong waktu di masa sekolah SD dulu. Di mana pelajaran menggambar bukanlah pelajaran favoritku. Jika ada PR menggambar maka pilihanku selalu jatuh pada gambar gunung, danau atau sungai, serta gubuk sederhana ala kadarnya. Tiga pilar utama yaitu gunung, danau, dan gubuk menjadi menu wajib. Untuk mempercantik tinggal menambahkan burung, matahari, awan ataupun pepohonan.

Pembuatan taman dan danau di padang pasir seperti Qatar ini tentu memakan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Begitu juga dengan pemeliharaannya. Namun di negeri Qatar ini jumlah taman yang diperuntukkan bagi warganya tak terhitung jumlahnya. Hampir di setiap sudut kota tersedia taman atau ruang terbuka untuk memanjakan warganya. Lapangan sepak bola dan futsal hampir ada di setiap lingkungan perumahan.

Membuat taman seindah taman ini bagi Indonesia tidak semahal di negeri gurun. Idealnya setiap kabupaten mempunyai ruang yang terbuka yang luas bagi warganya. Di Indonesia setiap kabupaten memang mempunyai alun-alun namun sayang kini banyak yang berubah fungsi menjadi pasar malam. Sebagai perbandingan luas taman ini bisa mencapai puluhan alun-alun yang ada di Indonesia. Sedangkan kita satu saja tidak bisa memelihara.

Di hamparan rumput nan luas itu senyum polos anak-anak mekar seindah bunga di musim semi. Mereka saling berkejaran mengejar matahari yang mulai menepi. Mereka saling berbagi ceria pada dunianya. Di tepian danau mereka menyaksikan bebek-bebek menari-nari dengan riangnya. Seriang dunia anak-anak.

Dari guratan wajah mereka seakan mereka hendak berkata "aku butuh tempat yang lapang untuk berekspresi. Aku butuh tempat yang indah untuk menjadi pribadi yang yang baik, aku butuh berinteraksi dengan orang lain karena aku kelak akan tumbuh menjadi makluk sosial. Aku butuh tempat berlari agar biar otot-ototku kuat untuk menatap masa depan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun