Mohon tunggu...
Abubakar Ahmad
Abubakar Ahmad Mohon Tunggu... Freelancer - Business Analyst in Falinwa Indonesia

Merupakan Orang Yang Kritis Terhadap Sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampahku dan Sampahmu

18 Oktober 2019   11:17 Diperbarui: 18 Oktober 2019   11:28 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Artikel ini saya buat karena keresahan saya dengan lingkungan sekitar yang mungkin kian memburuk. 

Sampah merupakan suatu permasalahan yang pasti ada di setiap kota di Indonesia. Nah, ok sekarang mari terlebih dahulu kita tinjau apa definisi sampah secara ilmiah. Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Jadi artinya sampah adalah segala sesuatu material yang tidak memiliki fungsi apapun dalam suatu proses.

Contoh: Dalam pembuatan baju hasil akhir yang diinginkan adalah baju tentunya, namun dari proses tersebut ada material yang tidak terpakai seperti potongan kain, air limbah sisa pewarna, benang tidak terpakai dan lainnya. Material-material tersebut dianggap tidak berguna sehingga dapat didefinisikan sebagai sampah.

Sampah dianggap sebagai masalah karena banyak yang tidak tahu cara mengolahnya dan akhirnya banyak dibuang ke sembarang tempat dengan harapan alam dapat menyelesaikan masalah ini dengan sendirinya. Beberapa orang beranggapan jika sampah dibuang dimanapun pasti akan hilang dengan sendirinya.

Hal yang baru saya ketahui baru-baru ini adalah sejarah mengenai mengapa orang Indonesia suka membuang sampah tidak pada tempatnya (Tentunya selain alasan tidak ada tempat sampah). Jadi dahulu material yang digunakan pada sebagian besar produk  di Indonesia adalah material yang cepat diurai oleh alam. Banyak masyarakat yang membuang sampah tersebut ke kebun-kebun atau jalanan.

Nah, karena material ini mudah diurai, maka seolah-olah dalam waktu beberapa hari saja material ini nampak menghilang. Dikarenakan hal tersebut masyarakat beranggapan bahwa material sampah apapun dapat mengilang dengan sendirinya sehingga lingkungan tetap bersih. Padahal anggapan ini adalah anggapan yang keliru. Material tersebut tidak hilang, namun berpindah ke tempat lain atau dapat pula berubah bentuk sehingga kenampakannya menjadi samar. Material yang dibuang semakin lama semakin menumpuk.

Ketidakseimbangan terjadi antara kecepatan alam mengurai sampah dengan jumalah sampah yang dihasilkan. Akibatnya bisa kita lihat sampah menumpuk dimana-mana, bahkan di tempat pembuangan sampah itu sendiri. Perlu usaha serius dalam mengolah sampah ini. Berikut adalah pendapat saya terhadap permasalahan ini:

Pertama kita perlu meluruskan penggolongan sampah yang benar. Saya berpendapat bahwa sampah seharusnya digolongkan menjadi material cepat terurai dan material lambat terurai. Penggolongan ini menurut saya lebih tepat, karena lebih mudah dipahami dan lebih mudah dikaitkan secara definisi ilmiah.

Seperti yang kita tahu bahwa hukum kekealan materi adalah materi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, namun dapat berubah atau diubah menjadi bentuk lain. Artinya material yang ada di alam ini jumlahnya tetap dari waktu ke waktu. Hanya saja material tersebut berubah menjadi bentuk lain.

Semakin banyak produksi yang dilakukan semakin banyak pula material di alam ini yang akan berubah menjadi bentuk lain. Artinya bisa saja sumber material produksi lama kelamaan akan habis. Inilah yang menjadi kepanikan banyak pihak tentang akan terjadinya krisis dari sumber daya alam itu sendiri. Saya memiliki pandangan lain mengenai hal ini. 

Saya berpandangan bahwa jika materi hanya dapat berubah bentuk, maka yang harus kita lakukan hanyalah mengubah materi tersebut kedalam materi asalnya. Mungkin definisi ini terlihat membingungkan, saya sederhanakan dengan mengambil contoh. Misalnya kita memiliki sebuah laptop yang terbuat dari material-material tertentu.

Saat laptop sudah tidak dipakai, maka kita katakan laptop itu menjadi sampah. Laptop yang menjadi sampah ini sebenarnya jika dikembalikan kedalam bahan dasar awalnya, maka definisi sampah tidak berlaku untuk laptop tersebut. Artinya jika sebuah produk sudah tidak bernilai dan menjadi sampah, seharusnya yang dilakukan adalah mengembailikan bentuk produk tersebut menjadi bahan dasarnya, yag nantinya digunakan kembali untuk membuat produk baru sejenis. 

Maksud dari gambaran yang saya berikan adalah sudah saatnya selain pemerintah yang membangun tempat pengolahan sampah yang modern, perusahaan juga harus memiliki tanggung jawab untuk mengolah sampah yang dihasilkan oleh produk yang mereka buat. CSR yan dilakukan perusahaan saya pikir lebih baik seperti ini, yaitu mengolah sampah yang dihasilkan perusahaan.

Dari pengolahan itu saya yakin sebagian material sampah dapat berguna kembali untuk menjadi produk baru, sebagian lagi dapat dimanfaatkan untuk energi dan sebagian lagi dapat dimanfaatkan untuk menjadi produk lain. Dalam bayangan saya seharusnya setiap sampah produk dikumpulkan menurut perusahaan pembuatnya. Misalnya saja Aqua menghasilkan produk air mineral dalam kemasan, sampah yang dihasilkan adalah sampah plastik kemasan.

Seharunya kemasan aqua tersebut diolah kembali oleh pabrik dengan metode tertentu, sehingga material sampah dapat menjadi material baru yang memiliki fungsi dan nilai. Apakah hal ini mustahil? jawabannya tentu tidak jika sejak saat ini sudah dilakukan penelitian untuk mengubah material sampah menjadi material baru. Dengan adanya tanggung jawab setiap perusahaan dalam mengolah sampahnya dan didukung oleh sistem pengolahan sampah yang dilakukan pemerintah dan swasta, maka saya yakin masalah ini dapat teratasi.

Akhir kata saya ingin bilang bahwa kita jangan merasa jijik dengan sampah. Sampah merupakan material yang memang tidak memiliki fungsi, namun jika pengolahannya tepat maka material ini dapat memiliki fungsi. Sehingga di masa depan nanti bukan hanya air yang memiliki siklus, sampah juga nantinya dapat memiliki siklus atau saya definisikan sebagai siklus perputaran materi. 

Bagaimana Pendapat Kalian? (Mohon maaf jika bahasa dari artikel ini kurang dapat dipahami, jika ada pertanyaan silahkan ajukan di kolom komentar)

Salam Penulis Pemula

Abubakar Ahmad

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun