Bayangkan dunia digital sebagai sebuah kerajaan besar. Â Raja-rajanya adalah data penting negara, dan ASN adalah para ksatria yang bertugas melindunginya.
Ancaman siber? Â Mereka adalah para bandit digital yang mengincar harta kerajaan.
Untuk menghadapi mereka, kerajaan membutuhkan perisai yang kuat: Multi-Factor Authentication (MFA).Â
Namun, penerapan MFA di lingkungan ASN bukanlah perjalanan yang mulus.
Bukannya disambut sebagai pahlawan siber, MFA justru dianggap sebagai musuh oleh sebagian ASN.
Mengapa? Karena implementasinya menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran.
Apakah MFA akan menjadi benteng pertahanan yang kokoh, atau justru menjadi batu sandungan dalam proses digitalisasi pemerintahan?
Di berbagai forum, diskusi hangat berlangsung. Â Banyak ASN yang masih kebingungan.
Tujuan MFA, urgensi penerapannya, dan mekanismenya masih menjadi misteri bagi sebagian besar abdi negara ini.
Ketidakjelasan ini memicu keresahan, bahkan resistensi. Â Mereka merasa seperti dipaksa menggunakan teknologi baru tanpa pemahaman yang memadai.Â