Filosofi Tukang Parkir
Siapa yang tak tahu dengan tukang parkir ?. Saya rasa semuanya pasti mengatahuinya, namun tidak pernah menyelaminya lebih dalam. Banyak yang mangatakan tukang parkir hanya rakyat sipil, tidak berpendidikan, tidak mempunyai masa depan. Menurutku tidak, mereka yang mengatakan seperti itulah sendiri yang tidak berpendidikan.
Peran tukang parkir menurutku sangat sentral, meskipun ketika saya bertanya pada anak-anak SD, "apa cita-cita mu dik?" mereka menjawab "pegawai, pilot, dokter, masinis, dosen?". Aku mencoba bertanya mengapa kamu tidak ingin menjadi tukang parkir saja dik. Mereka menjawab tukang parkir kok mau dijadikan cita-cita kak. Kan aku hanya nanya, lagian kan jadi tukang parkir juga membantu orang lain. Mereka tertawa seolah-olah mengejek ku.
Aku salut pada mereka yang masih kecil sudah mempunyai cita-cita tinggi, namun aku bertanya mengenai tukang parkir pada mereka bukan tanpa tujuan, bukan bermaksud agar mereka tidak mempunyai cita-cita yang gemilang, namun dari pertanyan itulah bermaksud agar mareka nantinya ketika sudah dewasa mereka tahu betapa basarya jasa tukang parkir.
Mereka yang hidupnya bertaruh pada roda kendaraan harusnya juga kita pikirkan, mereka yang biasanya menerima upah 2000 setelah mereka berteriak dengan peluitya. Akankah dari hasil berdiri di persimpangan jalan mereka bisa mencukupi kebutuhan keluarganya?, apakah pemerintah pernah memikirkan kesejahteraan tukang parkir juga?.
Dari pertanyaan-pertanyaan itulah aku menyadari bahwa tukang parkir banyak berjasa pada berjalanya kehidupan ini, namun banyak orang yang belum sempat memikirkannya. Padahal jika kita banyangkan tanpa tukang parkir, pasti akan banyak motor atapun mobil yang berret, tapi hal itu jarang dipikirkan.
Berdiri ditengah panasnya matahari, dengan keringat yang berceceran hanya demi menghidupi keluarganya adalah jasa yag tidak boleh kita lupakan.
Yogyakarta, 21 Juli 2022