"Kasih, mengapa kau berikan harapan sejauh ini padaku, jika kini diriku kau tinggalkan. Masih ingatkah kau, saat kita bertemu pertama kali dan kau sendiri yang mendekatiku hingga kita menjalin hubungan selama beberapa tahun".
Suara tangisan Insia semakin tersedu terdengar hingga parau.
"kasih, masih ingatkah kau? Saat kita menatap manja bintang gemintang dan kau sendiri yang berjanji untuk hidup bersama dan tak akan meninggalkanku kecuali ajal menjemputnya"
Riki berusaha kuat untuk tidak menangis, namun air matanya seolah-olah tidak akan rela jika tidak jatuh untuk mngiringi kepergian Insia.
Riki mengahiri panggilan secara sepihak karena tidak tahan atas kuat menahan rasa kecewanya.
...
Keesokan paginya Riki izin tidak masuk kampus dengan alasan sakit.
Tepatnya pada hari Senin pukul 08.15 Riki menghubungi insia.
Dring.......!
Dring.......!
Dring.......!