Mohon tunggu...
Muhamad Abrar Ghifari
Muhamad Abrar Ghifari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Pembelajar

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seumur Hidup Itu Terlalu Panjang

13 Juni 2021   14:03 Diperbarui: 28 November 2021   19:01 2386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Didalam hidup ini kita bertemu dengan banyak orang, sebagian dari mereka ditakdirkan untuk bisa terus bersama dengan kita, sebagian yang lainnya mungkin hanya sekedar singgah untuk kemudiam kembali berjalan dan menemukan orang baru dikehidupannya. Sama seperti sebuah kisah yang akan kuceritakan, yang semoga setelah kamu membaca cerita ini, kamu dapat lebih memahami arti teman,sahabat,pasangan dalam hidup kita yang singkat ini

Kisah ini menceritakan tentang sebuah keluarga,dengan anaknya sebagai tokoh utama. Ia bercerita tentang kedua orangtuanya yang terpaksa harus berpisah,sampai akhirnya ibunya menemukan orang yang pantas untuk mendampinginya. Here we go

"Waktu aku 12 tahun, papa dan mama bercerai, cuman karena, papa suka melempar puntung rokok ke dalam pot tanaman mama yang juga nggak begitu terawat. 

Tapi walau mama udah bilang berapa kali pun, papa tetap tidak berubah. Waktu teman-teman dan keluarga mama datang untuk mencegah perceraian itu, mama selalu menjawab, "Dia orang baik, cuman 1 hal aja aku gak bisa terima".  

Nenekku marah besar waktu itu, nenek bilang sama mama, "Kamu itu terlalu pinter, jadi jangan banyak ngurusin hal yang kayak gini. Di mata nenek, menantunya adalah seorang yang hebat, gentle, pintar cari uang dan bisa melindungi keluarga, malahan anak perempuannya sendiri dia nilai sangat egois dan nggak pernah peduli akan perasaan orang tua dan anak.

 Nenek juga gak ngerti kenapa mama selalu membesar-besarkan papa yang gak suka mandi, suka melempar kaos kaki sembaarangan, gak punya waktu nemenin mama, gak inget ulang tahun mama, bahkan hari pernikahan mereka pun papa tidak ingat. Walaupun ini termasuk kekurangan, tapi bukanya semua cowok emang kayak gitu ya? Ujar nenekku. Aku masih ingat dengan jelas, waktu mama membawaku keluar dari rumah kami dulu, mama menangis dan berkata padaku, "Semoga kamu bisa mengerti mama, seumur hidup itu terlalu lama".

Hari berganti,tidak terasa 4 tahun telah berlalu. Waktu aku 16 tahun, mama menikah lagi dan akhirnya papa tiriku datang dikehidupanku, dia tidak tinggi dan segagah papa kandungku, wajahnya juga biasa aja, tapi memang penampilannya bersih dan senyumnya lembut, aku sendiri bahkan nggak merasa sebal dengan keberadaannya. 

Papa tiriku bisa membantu mama mengganti pot-pot tanaman yang sudah rusak, dia juga membelikan mama taplak meja baru dan satu set alat makan baru, dia membelikan mama sepasang sepatu putih yang sangat cocok dengan baju merah kesukaan mama. Bahkan, dia membelikan aku gantungan kunci cantik untuk mengganti gantungan kunci lama yang kusam. 

Papa tiriku akan memegang tangan mama dan pergi jalan-jalan sore bersama untuk melihat matahari terbenam, mereka akan pergi berdua melihat bunga di taman depan rumah dan akan memberi tahu mama setiap nama bunga itu. Bahkan papa tiriku akan membawa pulang beberapa tangkai ranting yang sudah jatuh dan menaruhnya di dalam sebuah pot lalu meletakkan di atas meja belajarku. Mama sangat suka belajar masak, setiap kali mama masak resep barunya, papa tiri selalu mengajakku duduk di meja makan dengan rapi sambil menunggu mama menghidangkan makanannya dan mulai mengomentari makanan mama, mama selalu tersenyum. 

Suatu kali, mama sakit dan dirawat di rumah sakit, waktu aku pergi ke sana, aku melihat ada satu buket bunga lily di sebelah ranjang mama. Di atas meja ada buah yang udah dipotong, sedangkan papa tiriku duduk di sebelah mama sambil membaca buku. Seorang ibu yang ada di ranjang sebelah selalu memandang ke arah mama dengan tatapan iri. Aku akhirnya mengerti apa yang dimaksud dengan "Seumur hidup itu terlalu panjang".

Pernikahan bukan cuman perlu dua orang yang baik, tapi perlu dua orang yang bisa merasa nyaman satu sama lain. Sama seperti membeli sepasang sepatu baru, kamu baru bisa merasa nyaman setelah kamu memakainya, gak cuman dengan melihat keindahannya saja. Karena seumur hidup itu terlalu panjang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun