Mohon tunggu...
abraham raubun
abraham raubun Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli gizi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Olah raga, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kapusu Paduan Jagung dan Kacang Merah

10 Februari 2023   07:13 Diperbarui: 10 Februari 2023   07:20 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jagung dan kacang merah merupakan dua jenis bahan makanan yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Biasa digunakan untuk sayuran atau dibuat panganan lain. Tetapi di Sulawesi Tenggara kedua bahan ini dipadukan menjadi makanan tradisional khas yang dinamakan Kapusu. Inilah bentuk pengayaan suatu bahan makanan yang dikombinasikan dengan bahan makanan yang lain. Meski mungkin hal ini dilakukan hanya berdadarkan inisiatif selera makan, namun tanpa disadari memberinilai tambah dari segi gizi.

Tetapi nampaknya  bukan hanya ada Kapusu  di daerah ini ada juga yang disebut Kapusu Nosu. Lalu dimana perbedaan kedua makanan ini? Meski bahan dasar utama keduanya sama yaitu jagung, tetapi Kapusu dicampur kacang merah dan ada rasa manis-manisnya, sehingga lebih banyak dikonsumsi sebagai camilan. Sedangkan Kapusu Nosu seperti bubur jagung rasanya cenderung tawar, karena itu disantap sebagai makanan pokok pengganti nasi. Lauk yang menemaninya Biasanya ikan Kering Dan sambal terasi.

Makanan tradisional ini merupakan sumber energi. Pada Kapusu diperkaya dengan kacang merah. Seperti diketahui kacang merah cukup mengandung protein, vitamin dan mineral. Inilah bentuk pengalaman makanan yang mungkin tidak disadari oleh para keluhur yang mewariskan makanan ini.

Karenanya banyak bahan makanan tradisional yang dipandang dari aspek nilai gizinya cukup baik. Sayang jika makanan-makanan seperti ini tidak dilestarikan dan dijaga agar tidak punah karena digantikan oleh makanan-makanan "zaman now" tinggi gula, lemak, garam serta berbagai zat pengawet.

Hal ini memang tidak mudah karena didesak oleh tuntutan Pola dan Gaya hidup moderen yang serba praktis, cepat dan instan. Bagaimanapun juga nampaknya makanan-makanan tradisional banyak yang sejatinya memiliki nilai-nilai gizi yang baik. Kembali tinggal bagaimana kita menyukapinya.

Kesadaran akan merawat kesehatan dengan baik tentunya tetap harus terus ditingkatkan. Ilmu pengetahuan dan teknnologi semakin maju dan berkembang dengan pesat. Dalam bidang teknolologi panganpun rekayasa dan modifikasi makanan tradisional semakin banyak. Meski nilai gizi tetap dapat dipertahankan dalam berbagai makanan hasil modifikasi, namun nampaknya makanan original dan bahan makanan segar tetap perlu tetap dikonsumsi secara teratur. Kata bijak mengingatkan kita "Makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun