Mohon tunggu...
A.R Moes
A.R Moes Mohon Tunggu... -

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sapiens: Revolusi Kognitif

27 Januari 2019   08:34 Diperbarui: 6 Juli 2021   08:20 1645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sapiens: Revolusi Kognitif (unsplash/alex block)

Manusia berkembang dan tumbuh dalam dua realitas. Realitas objektif dan realitas yang diciptakan oleh imajinasinya sendiri. Benarkah demikian? Kita bisa melihat, mendengar, dan menyentuh burung yang ada dalam sangkar. Tapi, bisakah kita melakukannya terhadap apa yang disebut dengan Hak Asasi Manusia, Keadilan, Kebebasan, Ideologi, Sistem sosial, dan Kepercayaan? Jawabannya, tidak. 

Hal demikian hanya nyata dalam pikiran kita. Itulah yang disebut dengan realitas yang diciptakan oleh imajinasi manusia. Sedangkan burung yang ada di dalam sangkar adalah realitas objektif yang dapat dijamah oleh panca indra. Disadari atau tidak, tatanan kehidupan manusia diciptakan oleh realitas imajinasi manusia, misalnya kepercayaan. 

Baca juga : Permainan Kognitif? Berikut Karya PMM UMM 69 Gelombang 6 dalam Kembangkan Kreativitas Anak

Kepercayaan menjadi penjaga keteraturan dan semangat hidup masyarakat. Bayangkan, bagaimana manusia-manusia mesir kuno bersedia untuk mencurahkan hidupnya membangun piramida tanpa kepercayaaannya kepada Dewa Ra? 

Lalu, apa yang dapat mendorong manusia-manusia jawa kuno membangun candi Borobudur, jika tidak ada sistem kepercayaan yang diyakini secara massal? 

Namun, tidak semua realitas imajinasi ini menghasilkan sebuah mahakarya. Realitas imajinasi juga telah menimbulkan penderitaan dalam sejarah umat manusia. 

@thetittedglass
@thetittedglass
Bisa kita lihat dari fenomena masyarakat barat modern saat ini mengajarkan pada anak-anak di sekolah-sekolah, bahwa sistem rasial adalah sistem tercela. Bandingkan dengan yang terjadi di Amerika sekitar tahun 1700, perbudakan orang kulit hitam adalah suatu yang legal, negro bukan manusia, negro hanyalah barang yang dapat diperbudak dan dijualbelikan. 

Baca juga : Perkembangan Kognitif pada Masa Anak-Anak Awal

Ironisnya rakyat Amerika sendiri memerdekakan dirinya dari Kerajaan Inggris dengan kepercayaan bahwa Tuhan menciptakan manusia secara setara. Tapi, hal itu tak berlaku bagi negro yang menderita, karena negro bukanlah manusia, sehingga negro bebas untuk diperbudak, statusnya hanyalah sebagai barang bukan manusia yang memiliki hak. 

Dari contoh pandangan terhadap sistem rasial diatas. Realitas imajinasi juga memiliki sifat dapat mengalami perubahan, dan perubahan tersebut tak bisa dibandingkan dan diukur dengan nilai benar atau salah dengan menggunaka tolak ukur dari zaman yang berbeda. 

Perubahan akan suatu realitas imajinasi dalam suatu masyarakat, akan menyebabkan perubahan-perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat. Tatanan masyarakat yang diciptakan dari imajinasi pikiran manusia bukan untuk kebohongan, tapi karena memang peradaban manusia membutuhkan hal itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun