Mohon tunggu...
Abiwodo SE MM
Abiwodo SE MM Mohon Tunggu... Bankir - Professional Bankers, Student at UI

Bankers yang selalu fokus terhadap "goal-oriented with an eye for detail, a passion for designing and improving creative processes also expertise in corporate relations" Saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di UI.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Kondisi Ekonomi 2022 dan Momen Pemulihan 2023

26 Desember 2022   16:13 Diperbarui: 27 Desember 2022   02:49 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertumbuhan dan pemulihan ekonomi 2023. Sumber: Thinkstocks via Kompas.com

splash.com
splash.com

Ketahanan Pangan

Pemerintah terus berperan aktif dalam bidang pangan. Menurut Global Food Security Index, ketahanan pangan di Indonesia meningkat menjadi 60,2 poin pada 2022 dari tahun lalu yang hanya sebesar 59,2 poin. Cadangan pangan nasional terjaga dengan baik melalui ketersediaan berbagai komoditas bahan pangan pokok.

Pemerintah juga menyiapkan fasilitas pembiayaan dengan rate nilai pinjaman lebih rendah daripada rate pasar. Fasilitas tersebut telah disiapkan bagi IDFood dan BULOG. Tak kalah penting, di berbagai daerah juga terdapat penguatan program GNPIP (Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan).

Berbeda dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terbilang tetap baik, perekonomian global menurun dalam tingginya ketidakpastian. Khususnya Eropa dan Amerika Serikat yang memiliki risiko resesi tinggi di tahun 2023. Kondisi tersebut tak hanya mempengaruhi ketahanan pangan global, akan tetapi juga sektor lainnya.

Ketahanan Perbankan

Nyatanya kondisi ekonomi Indonesia dan global tahun 2022 hingga 2023 juga berpengaruh terhadap ketahanan perbankan. Untuk menjaga ketahanan perbankan, Indonesia memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah. Hal ini tak lain demi mengendalikan inflasi.

Untuk memperkuat stabilitas nilai tukar mata uang Rupiah, perlu adanya penjualan atau pembelian SBN secara berkelanjutan di pasar sekunder. Dengan begitu, daya tarik imbal hasil SBN bisa meningkat. Alhasil, investor portofolio asing bisa masuk dan menguntungkan dalam negeri.

Untuk kondisi perekonomian global, BI memperkirakan akan mengalami pertumbuhan sampai 3% pada tahun 2022. Sementara untuk tahun 2023 mendatang akan mengalami penurunan menjadi 2,6%. Disamping itu, tekanan inflasinya juga masih tinggi walau terbilang melandai karena adanya gangguan rantai pasokan dan pasar tenaga kerja yang ketat.

Hal tersebut membuat tingginya ketidakpastian pasar keuangan secara global dan tingginya mata uang dolar AS. Tak bisa kita pungkiri bahwa kondisi ini akan membuat aliran modal yang masuk ke negara berkembang menjadi tidak kuat, tak terkecuali Indonesia.

Pada dasarnya, ketahanan sistem keuangan termasuk perbankan bisa terbilang tetap terjaga baik. Mulai dari sisi permodalan maupun likuiditasnya. Lihat saja, NPL yang masih tergolong aman di angka 2,9% dan rasio kecukupan modal yang terjaga dengan rasio 24,6% jauh diatas batas minimal sebesar 8%. Namun industri fintech yang sedang naik daun, rasio kreditnya naik signifikan sejak Juli 2022 ini justru yang harus waspada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun