Mohon tunggu...
Abiwodo SE MM
Abiwodo SE MM Mohon Tunggu... Bankir - Professional Bankers, Student at UI

Bankers yang selalu fokus terhadap "goal-oriented with an eye for detail, a passion for designing and improving creative processes also expertise in corporate relations" Saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di UI.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Saat Digitalisasi Cemerlang Badai PHK Menerjang, Kok Bisa?

21 November 2022   19:51 Diperbarui: 28 November 2022   20:28 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dipecat, pemecatan. (sumber: SHUTTERSTOCK/aslysun via kompas.com)

Ada kabar baik, ada pula kabar buruk yang datang dari sektor teknologi dan digital. Satu sisi bisnisnya cemerlang, dengan indikasi meningkatnya transaksi digital di Indonesia yang tembus Rp5.184 triliun. 

Pada sisi lain badai pemutusan hubungan kerja (PHK) menerjang para pekerjanya. Ada apa sih sebenarnya?

Sudah tentu meresahkan. Sederet perusahaan teknologi berkonsep rintisan alias startup digital, bahkan yang berlabel unicorn atau decacorn sekalipun diterpa badai PHK. 

Nah, yang terbaru adalah PT GoTo Gojek Tokopedia dan Ruangguru. Sebelumnya ada Shopee Indonesia, Binar Academy, GrabKitchen, JD.ID, Lummo, Link Aja, TaniHub dan lain-lain.

Dari sudut pandang saya, semua masih terkait dengan ketidakpastian global akibat pandemi dan perang, inflasi dan pengetatan suku bunga, hingga krisis biaya hidup.

Tapi, bukankah Indonesia termasuk negara yang jauh dari resesi dan berhasil mempertahankan perekonomiannya? Apalagi pada sektor teknologi digital, yang selama ini dianggap mendapat berkah dari pandemi.

Begini, hampir semua startup menyandarkan pertumbuhan perusahaannya dengan arus kas negatif. Model bisnisnya bergantung kepada dana investor.

Jadi, lumrah saja bila pengeluaran modal terbesarnya untuk promosi dan pemasaran, demi menggaet pengguna produknya. Sebab, jika penggunanya banyak, maka nilai bisnisnya meningkat. Nilai sahamnya pun bisa terkerek naik.

Pengeluaran besar-besaran untuk promosi dan pemasaran inilah yang sering disebut-sebut 'bakar duit'. Termasuk berlomba membangun kantor yang 'keren', membuat mereka yang bekerja di startup digital dijamin betah, bergengsi, plus gaji yang rata-rata menggiurkan.

Masalahnya, ketidakpastian global dan naiknya suku bunga berdampak pada perlambatan ekonomi dan lesunya investasi. 

Para investor harus menjaga ketahanan modalnya, bahkan menarik dan menyimpan modalnya. Alhasil, startup digital mau tidak mau harus merevisi model bisnisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun