Mohon tunggu...
Abi Permana
Abi Permana Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menulis

Bertamasya dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

HUT TNI dan Jenderal Gatot Nurmantyo

5 Oktober 2017   19:47 Diperbarui: 5 Oktober 2017   19:53 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini, 5 Oktober, diperingati sebagai hari lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada awalnya bernama Badan Keamanan Rakyat dan berganti menjadi Tentara Kemanan Rakyat.Lalu, selanjutnya diubah kembali menjadi Tentara Republik Indonesia.

Di usia yang menapak tiga per empat abad ini, TNI menjadi garda terdepan mengawal kemerdekaan. Selain itu, sederet prestasi di kancah internasional membuatnya patut diacungi jempol dan kita sebagai masyarakat patut berbangga.

Namun, akhir-akhir ini polemik di tubuh TNI  mengemuka di ruang publik. Adanya dugaan Panglima Gatot berpolitik menjadi sorotan publik. Selain itu, kisruh tentang pengadaan senjata di Polri juga membuat publik bertanya-tanya, kenapa instansi pemerintah tidak sejalan. Tujuh puluh dua tahun umur TNI, seharusnya mampu memberi rasa aman yang nyata bagi masyarakat dan bukan menebar sentimen kepada institusi yang lain.

Meski membantah atas dugaan sedang berpolitik tersebut, entah mengapa manuver yang Gatot lakukan selalu dipandang sebagai langkah politis praktis. Semua mata tertuju kepadanya ketika Gatot tampil di depan publik dan disorot kamera. Beredar pula kabar kalau Gatot akan maju ke Pilpres 2019.

Gatot pun menegaskan kalau dia sedang menjalankan politik, tetapi politik negara, bukan politik praktis. Artinya, tindakan yang dia lakukan selama ini merupakan pelaksanaan tugas yang sesuai dengan konstitusi. Namun, nasi telah menjadi bubur. Kencangnya pemberitaan media seakan membuat komentarnya untuk menangkis tudingan menjadi tidak berarti.

Gatot seharusnya belajar dari Agus Harimurti Yudhoyono. Langkah kontroversial AHY yg melepas seragam dan terjun ke politik merupakan sikap kesatria. Tentu ada pro kontra, bahkan ejekan datang dari mana saja. Namun, itu adalah keputusan AHY dan semua pihak mau tak mau harus menerima.

Meski kalah dalam edisi terakhir di Pilkada Jakarta, ia tetap legowo dan mengakui kekalahan. Ia pun mencari cara lain untuk berbakti kepada bangsa dan negara dari balik layar pemerintahan.

Pelajaran yang harus diambil Gatot adalah bagaimana menentukan pilihan. Sikap seorang prajurit dibutuhkan dalam kondisi saat ini. Jangan sampai di balik seragam TNI, Gatot melakukan tindakan yang berbau politis. Ibarat main kucing-kucingan dengan Presiden Jokowi. Gatot harus menyadari pula kalau setiap gerak-geriknya diintai oleh media saat ini. Apalagi memasuki tahun politik, siapa saja bisa diseret oleh media menjadi topik utama.

Publik pun meminta Presiden Jokowi untuk arif dan bijaksana menyikapi manuver politik Gatot Nurmantyo. Sebenarnya Presiden Jokowi sudah menegaskan bahwa ia sudah mengingatkan bawahannya untuk tidak melakukan hal-hal yang kontroversial dan berujung pada kegaduhan. Ia juga mengingatkan dirinya lah yang menjadi Panglima Tertinggi TNI. Semoga saja bisa meredakan suasana yang tengah gaduh ini.

Di ulang tahun TNI ke 72 ini, besar harapan saya agar segenap unsur TNI tidak lagi menghadirkan polemik baru di tengah masyarakat. Isu-isu yang beredar haruslah yang bernada positif dan menyejukkan, serta bukan pula yang bisa membuat publik berada di lingkar keraguan.

Dirgahayu, TNI! Merdeka!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun