Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pezina dan Orang Asing

30 Juni 2021   02:01 Diperbarui: 30 Juni 2021   02:05 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aliran bulir bening itu kering sudah
Menyisakan noda putih serupa kerak
Menahun tak lagi basah
Kerontang pecah retak

Menampung perih jiwa
Sejak lahir hingga berakal
Menjalani pembodohan mental
Menuju karakter hampa

Kisahnya bukan tentang amarah
Pun juga tentang sedih
Ini tentang beratnya langkah
Ketika identitas bergumam lirih

Melayang di putih asap sampah
Beraroma jahat, meski tampak ramah
Terkekeh menghembus hina
Tentang sematan si anak zina

Untaian kata itu mengalun runut
Mengayun cepat menggoyah kesadaran
Menghentikan nadi dari berdenyut
Membuat jarum jam berputar dalam sungkan

Kini masa ditulis lagi dalam hening
Mendefinisikan lagi sejarah
Menasbihkan barunya wajah
Bersama pezina dan orang asing

Kemanapun engkau pergi
Beban itu setia singgah di dada
Hadir setiap pagi menjelma elegi
Mengejek asa yang mulai tiada

Bertahun sudah berlari
Sejarak bumi dan matahari
Menerima sekaligus menegasi
Mencari hakikat diri

Jika tapak kaki ibu menghadirkan surga
Dan nifas adalah pengorbanan sejati
Lalu ke mana hendak berbakti
Manakala dzuriyatmu dipenuhi praduga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun