Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Fitrah Bening

31 Mei 2020   23:50 Diperbarui: 31 Mei 2020   23:56 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Izinkanlah aku menggugat Tuhan
Atas penyematan hati yang bermahkota bodoh
Atas kemudahannnya menjelma melankolis
Mengulang kembali pembukaan sekatan
Menyambut sang tamu tergopoh-gopoh
Demi ia membawa buah tangan roman berbaris

Andaikan bukan lisan memanggil
Maka adakah angin menghadirkannya
Ataukah cahaya memindahkannya
Jika tidak keduanya, bisa jadi alam tengah bertingkah degil

Kini lihatlah sang tamu singgah serupa pongah
Meraja di seluruh ruang dalam benak
Menjejali setiap kubiknya dengan aroma semerbak
Memancarkan sinambung afsun tiada lengah

Pandangnya menjajah tanpa paksa
Gesturnya menyajikan semburat suasana jiwa
Lengannya merangkul lembut
Kalimatnya menyihir meski tak runut

Lalu bagaimanakah hendak mengusung abai
Ketika tenteram melenakan otot bahu
Lalu sahaja mengelus pelan kalbu
Seiring penaklukan tiba berhias tatap teduh damai

Inilah waktu bagi pertarungan klasik
Ketika pengendali jiwa bertemu rivalnya
Mengasah pencapaian kemampuan terbaik
Tapi sayang, mogok kerja hadir dari miliaran mitokondria selnya

Tak perlu kecerdasan seorang Tesla
Untuk memahami rumus rendahan tentang kekalahan
Engkau bahkan mampu mengendusnya dari kejauhan
Meski tersisa tiga molekul saja

Aku takkan meminta belas kasihan, hanya permakluman
Bahwa penguasa Eropa pun tumbang tak berjaya
Bahkan raja bengis pun mendadak kehilangan amarahnya
Hatta seorang bakhil pun mengambil peran sang dermawan

Kawan, biarkanlah aku bercakap dengan hening
Menikmati setiap bias rasa hinggap di teras hati
Memanfaatkan kisah manusia dewasa dalam fitrah bening
Mereguk cintanya dengan caraku sendiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun