Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajadah yang Terpinggirkan

2 April 2018   10:48 Diperbarui: 2 April 2018   11:01 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Terus BerInovasi - WordPress.com

Pagi tadi ia bersamaku melalui liku bukit
Mengenakan pakaian bermerek sunyi
Ceria meski setengah jam mendengar sepi bernyanyi
Mengejar waktu pukul tujuh lewat sedikit

Aku mengerti ada yang keliru dengan diri
Karena hampa hadir kala bicara dan riuh tiba dalam diam
Kini tak lagi mengeras urat kesungguhan memperbaiki
Melainkan turun bersama pasrah yang tenggelam

Hatiku bergerak pasti menuju letupan dan ledakan
Tanpa tanda-tanda jelas tentang saat kejadian
Setengah mati menahan amukan kemarahan
Yang datang disulut ketidakberdayaan

Diam ini harus segera disudahi
Tapi hendak kemana membuncahkan cakap
Hendak kemana menyalurkan batin yang berkelahi
Adakah tuan paham meski tiada lengkap

Dalam kebingungan kugapai air dan kubasuh wajah
Beringsut menuju sajadah yang lama terpinggirkan
Lalu semuanya kutumpahkan bertaburan
Dalam sujud di pukul delapan setengah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun