Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bijak dan Cerdaslah Menyikapi Media

4 Mei 2018   15:19 Diperbarui: 4 Mei 2018   17:42 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sobat Kompasiana yang selalu semangat..

Perkembangan media saat ini mudah sekali dijangkau oleh semua masyarakat berbagai jenjang. Hal ini tentu, disebabkan teknologi yang semakin canggih dan maju. Dengan sekali klik, bisa membuka info dunia dan nasional, bagaimana yang sedang menjadi pembicaraan hangat atau viral hari ini pun hampir semua tahu. Apalagi bagi mereka yang aktif di media sosial semisal facebook, twitter, instagram dan lainnya. Informasi mudah didapatkan dari berbagai sumber, dari yang akurat sampai yang hoax.

Media ibarat dua mata pisau

Pisau yang bermata dua, sangat pas untuk dianalogikan dengan sebuah dua sisi kebaikan sekaligus keburukan. Hal ini sangat pantas disematkan ke dalam perkembangan media saat ini. Media bisa mendatangkan kebaikan, namun juga bisa mendatangkan keburukan. Sebagai seorang yang berpikir jernih dan memakai akalnya, ia pasti mampu memfilter mana media yang buruk dan baik. 

Mari kita flasback ke zaman dahulu, mungkin 15 tahun yang lalu, sebelum gebyar media seramai sekarang. para wanita di Pedesaan saat itu, merasa malu untuk memakai pakaian terbuka dengan u can see atau rok mini. Seolah itu adalah pakaian yang dianggap tabu, pakaian rok mini hanya digunakan oleh wanita pelacur atau wanita tuna susila (WTS). 

Namun lihatlah saat ini, para wanita tidak malu memakai pakaian rok mini berjalan berlenggak lenggok. Saat ini, bisa ditemui sampai di Pedesaan. Ternyata, ini adalah ulah perkembangan media atau teknologi yang semakin maju. Televisi yang selalu menampilkan pakaian seronok akhirnya ditiru. Sehingga, sesuatu yang semula adalah aib menjadi hal yang biasa.

Meskipun begitu, penulis tidak sepenuhnya menganggap ini akibat dari perkembangan media elektronik. Masih banyak sisi kebaikan lainnya yang bisa didapat dengan perkembangan teknologi untuk memanfaatkannya. Semisal, kemudahan aplikasi membaca al qur'an via smartphone, menyaksikan atau mendengarkan kajian atau ceramah via Youtube.

Bijak dan cerdas Sikapi Media

img-20171110-wa0030-5aec2c91dd0fa850b3792bb2.jpg
img-20171110-wa0030-5aec2c91dd0fa850b3792bb2.jpg
Dengan perkembangan media, sikap yang semestinya harus kita lakukan adalah bersikap cerdas dan bijak di dalam menyikapinya. Cerdas dalam artian mampu melandaskan pemahamannya untuk tidak mudah percaya 100% dengan media yang ia baca, dengar dan ia saksikan. Bijak dalam artian mampu memilah milih media yang sesuai, mana media yang memprovokasi dan mana media yang betul-betul menginformasikan yang bermanfaat dan menginspirasi.

Oleh karena itu, kita perlu mengetahui beberapa rambu-rambu dalam perkembangan media saat ini.

Seperti dikutip media tunasilmu.com dan khutbah jumat Ustadz Abdullah Zein, Lc, MA

1. Media membawa misi dari pemiliknya

Media milik siapa ? Setiap media pasti ada pemiliknya, yang sudah pasti memiliki misi. Maka, kita harus jeli dengan informasi yang didapat, jangan-jangan kita menjadi agen estafet media yang memiliki kepentingan. Dalam hal ini, sebagai seorang muslim juga harus jeli, jangan mudah termakan berita yang belum tentu kebenarannya. Apalagi sampai menyebarkan berita hoax yang berbahaya, dibuat untuk memecah belah umat.

Umat muslim menjadi sasaran empuk para penyebar berita hoax, apalagi berita yang mudah membuat naik darah. Seringkali belum membaca sudah di share atau dibagikan di media sosial semisal facebook atau Whatsapp. Padahal berita itu tidak benar, bahkan foto yang ada di berita itu adalah hasil editan Photoshop. Na'udzubillah..

2. Menelan mentah-mentah setiap berita

Yang perlu kita ingat kembali, bahwa media membawa misi dari pemiliknya. Sehingga, seorang muslim harus bisa memilah milih atau bijak dalam menyikapi media. Jangan menelan mentah-mentah setiap berita, karena bisa jadi berita itu hanya untuk memecah belah saja atau menimbulkan konflik antar beragama.

Terkait kepentingan bisnis, mayoritas awak media akan mencari peluang yang sedang trending tanpa memperhatikan dampaknya. Sedang tren dangdut, maka semua Televisi akan berlomba-lomba menayangkan acara dangdut. Begitu juga sedang trend, film India, sinetron remaja, audisi pop, dangdut dan banyak.

Terkait kepentingan politik, ini juga berkaitan dengan bisnis. Yang memberikan banyak uang, maka yang didukung dan secara intensif diberitakan, maka bisa jadi tokoh yang jahat bisa disulap menjadi tokoh baik atau sebaliknya. Maka jangan sampai seorang muslim berada  dalam pusaran media yang berada dalam kepentgingan tertentu.

Solusi Pasti Sikapi Media

Sebetulnya muslim sudah memiliki panduan didalam menyikapi informasi. Hal ini tertuang dalam firman Allah

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." QS. Al Hujurat (49): 6

jw-blk-5aec2c3abde5755c6d2567b3.jpg
jw-blk-5aec2c3abde5755c6d2567b3.jpg
Seorang muslim ketika mendapatkan informasi, harus tabayyun terlebih dahulu, jangan gampang percaya terhadap media. Karena bisa jadi media itu memiliki kepentingan tertentu dan hoax.

Semestinya, fokuslah ketika ada berita dari Al Qur'an dan Hadits harus langsung Percaya, bukan sebaliknya masih bimbang. Kalau berita dari koran atau media online, ia langsung percaya, giliran media informasi dari ayat-ayat Allah dan sabda nabi-Nya, NANTI DULU, ini ironis.

Kesimpulannya, media yang ada harus disikapi dengan bijak dan cerdas. Sebetulnya, banyak media juga yang tidak membawa kepentingan, media yang seimbang, terpercaya. Tinggal bagaimana seseorang bisa memilah milah dan tidak menelan mentah-mentah setiap berita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun