Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Jadi Orang Tua Pemadam Kebakaran

1 Mei 2018   18:17 Diperbarui: 1 Mei 2018   18:41 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sobat Kompasiana yang saling menyayangi..

Orang tua pemadam kebakaran ? Apakah anda termasuk tipe ortu pemadam kebakaran ? dan siapa mereka ? kalau kita cermati, tentang petugas pemadam kebakaran dalam bekerja, mereka pasti akan sibuk manakala ada kebakaran. Ketika kebakaran, sibuk mempersiapkan mobil, keringat bercucuran, tenaga maksimal dan kadang bertaruh nyawa saat melakukan kerja. 

Itu terjadi saat kebakaran dan mencoba untuk memadamkan api yang telah menelan. Lalu bagaimana kalau tidak ada kebakaran ?, mereka akan santai di kantor, menunggu informasi adanya kebakaran yang siap mereka padamkan.

Lalu apa hubungannya, antara petugas pemadam kebakaran dengan orang tua pemadam kebakaran ? Hal ini bisa dianalogikan, manakala ada anaknya melakukan ulah dan kesalahan, orang tua akan marah, memarahi tak ada habisnya. Namun, manakala anak telah berbuat kebaikan, orang tua akan santai saja, tidak menghargai dan tidak memberikan respon sebagai apresiasi perbuatan anaknya.

Sobat Kompasiana..sebelumnya saya tanya terlebih dahulu, Anda punya anak ? Berapa anak anda ? satu / dua / tiga ? bagaimana kondisi anak-anak ? Apakah anak-anak anda sering berkelahi ? Lalu apa yang anda lakukan ketika anak anda berkelahi,  apakah anda marah ? menasehati ? ataukah akan memukul ? Anda akan melakukan banyak tindakan, dari mulai menasehati anak, memarahi anak dan berbagai cara lainnya menunjukkan bahwa perbuatan berkelahi itu salah dan jangan diulangi lagi.

dokpri
dokpri
Lantas apa yang anda lakukan ketika anak sedang akur ? adik dan kakak akur, saling menyayangi ? saling menolong dan membantu. Biasanya anda akan diam saja, Betulkah ? anda akan berpikir, memang seharusnya seperti itu, wajarlah mereka akur, tidak berkelahi.

Kalau tindakan anda diam saja, maka anda  adalah orang tua bertipe pemadam kebakaran

Orang tua  tipe seperti itu,menasehati anak hanya ketika anak melakukan ulah atau kesalahan,  biasanya tidak bisa memecahkan masalah, malah sikap anak akan menjadi-jadi.

karena anak akan merasa, ia mendatkan perhatian orang tua, manakala ia berulah dan melakukan kesalahan. Sehingga akan selalu berulah dan nakal. 

Beberapa dampaknya adalah

  • Akhirnya anak kontra produktif, selalu berulah
  • Anak kita tidak paham mana sebenarnya yang baik, ketika berbuat baik tidak ada pujian. Barometer kebaikannya akan berkurang
  • Islam mengenal adanya amar ma'ruf nahi munkar, ketika ada kemunkaran itu perlu ditegur. Namun, kebanyakan menegur setelah berbuat kesalahan. Semestinya bisa memberikan nasehat, saat anak sedang stabil. Maka perlu menerapkan "pencegahan lebih baik daripada pengobatan". 
  • Jadi tegurlah anak pada saat sedang stabil, nasihat, cenderung menerima. Berbeda ketika dia sedang melakukan kesalahan, akan labil, malu, khawatir, takut, minder karena melakukan kesalahan. Ketika label sangat rentan ketika ditegur.
  • Mengingatkan anak saat stabil, biasanya akan lebih masuk daripada saat anak sedang labil dan melakukan kesalahan

dokpri
dokpri
Sumber permasalahannya, ada di dalam anggapan, ketika anak melakukan kebaikan, itu wajar, maka tidak perlu diapresiasi. Padahal sebenarnya tidak demikian, mereka perlu di apresiasi. Suatu saat melihat anak akur, kita puji dia, jangan diam saja. Kita harus bisa memberikan apresiasi lebih saat anak berbuat baik. Bisa saja juga diingatkan, Ini lho yang diajarkan dalam muslim,  "bukan termasuk golongan kami orang yang menyayangi yang lebih kecil dan menghormati yang lebih tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun