Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Produktifkan Lahan Kosong di Dekat Rumah

28 Desember 2019   02:21 Diperbarui: 28 Desember 2019   03:55 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sembilan bulan lalu atau tepatnya pada Maret 2019 saya berangkat menuju Jakarta dari Ambon menggunakan kapal Pelni. Kala itu bersama rombongan, kami berangkat. Tujuan kita adalah pelabuhan Tanjung Priuk. Iya, sesuai yang tercantum dalam tiket kami. Namun karena kondisi cuaca laut yang tidak baik, akhirnya kami memutuskan untuk turun di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Setiba di Surabaya kami berganti transportasi dari kapal laut ke Kereta Api. Di Stasiun Pasar Turi, kami berangkat menuju Jakarta, tepatnya di Stasiun Pasar Senen. 13 jam kami menempuh jalur darat dengan kereta. Lalu tiba di St Pasar Senen dengan selamat, alhamdulillah.

Saya kemudian berpisah dari rombongan. Mereka ke Kalideres di Jakarta Barat. Sedangkan saya ke Ciputat, tempat saya tinggal dulu ketika masih kuliah. Di Ciputat saya tinggal di sebuah sekretariat organisasi. Untuk beberapa saat sebelum saya menemukan kontrakan murah.

Sekretariat yang saya tinggali dihuni oleh mahasiswa asal Indonesia Timur. Ada Ambon, Ternate dan Sulawesi. Semuanya berkumpul menjadi geng perangkat keras dalam satu wadah. Kebetulan halaman sekretariat saya melihat ada tanah produktif yang kosong dan tidak dimanfaatkan. Inisiatif lantang kemudian berkembang dalam benak.

Baiknya digarap saja ya lahan kosongnya. Nanam cabe kek, tomat kek," ujar saya dalam hati. Inisiatif itu kemudian berkembang menjadi tindakan. Awalnya dari masak-memasak. Bahan masakan kita beli dari pasar Ciputat. Ada cabe, sayur kangkung, bawang merah, bawang putih dan tomat.

Setelah masak, sebagian bahan tidak dipake hingga membusuk. Inisiatif kedua kemudian muncul lagi. "Baiknya yang busuk-busuk ini di bikin bibit. Kebetulan juga ada lahan kosong toh. Siapa tahu bisa jadi bahan". Eh, benar. Cabe busuk kami taburi diatas tanah. Lama kelamaan berubah menjadi bibit sesuai harapan.

Lalu dimanfaatkan lahan kosongnya menjadi kebun. Campur aduk kami tanami. Cabe, tomat dan kangkung satu deretan berjajar rapih. Sudah berbulan-bulan hingga hampir setengah tahun. Tanaman kami ada yang mati dan tidak berbuah. Ada apa? Apakah ada yang salah. Ataukah kami yang salah dalam berkebung yang tidak sesuai dengan teori.

Malam itu saya sedang duduk bersama mas penjual jagun manis di depan kampus STIE Ganesha. Saya bercerita denganya soal kebun kami yang telah sekian bulan tidak berbuah. Ia membantu saya dengan menjawab kalau apa yang saya tanami wajar tidak berbuah karena jarak satu pohon dan pohon lainnya terlalu dekat sehingga membuat konflik pada akar tanaman.

Cobalah, cabut satu pohon dan biarkan pohon lain tetap menguat. Opsi yang ditawarkan saya turuti. Paginya, saya mencoba melakukannya. Pohon tomat saya cabut. Begitu juga dengan kangkung. Membiarkan pohon cabe sendiri seorang diri.

Hasil dari opsi tersebut terwujud pada Oktober awal. Nampak jelas dimata, pohon cabe mulai mengeluarkan bunga-bunganya. Oh, tandanya akan berbuah. Hasil pertama, cabenya terasa manis. Sehingga menjadi bahan olok-olokan teman kalau cabe ini adalah cabe yang banci. Masya Allah!

Oktober akhir semakin banyak yang dihasilkan. Saya sungguh senang, akhirnya datang juga kebahagiaan setelah sekian lama menunggu kepastian. Yang tadinya manis berubah menjadi pedas. Ini dia yang diharapkan. Hingga kesini di bulan Desember, pohon cabe saya lebat dengan buah hijaunya. Rutinitas membersihkan rumput liar dibawah pohonya dua minggu sekali saya lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun