***
"10 km lagi kami akan tiba lokasi", aku memberitahunya pada Dahri. Dia lalu membandingkan jarak tersebut, kira-kira Tengah-Tengah sampai Passo. Oh, kalau begitu sebentar lagi. Dibelakan tempat duduk milik ku, suara ngeluh akan perjalanan yang belum berakhir ini terus terdengar. Prediksi Dahri gagal dari realitas.
"Tidak. Tidak Dahri, seperti perkiraanmu," kata ku sembari tertawa.
Adu argumen di chating WA antara aku dan Ayu, membuat jari tangan harus lebih cepat menemukan solusi. Dia yang awalnya tidak ingin pergi karena beralasan bagi raport, pun tiba-tiba bilang, "Kalau sebenarnya aku itu ingin pergi lagi". Lalu mengirim pesan emot ejekan. Sebel, aku sebel pada saat-saat begini.
Memasuki karangnini Kalipucang, di maps goggle menunjukan bahwa kami telah berada dikawasan Pangandaran. Kecamatan pertama di Kabupaten Pangandaran yang kami lewati ialah Kecamatan Kalipucang. Kecamatan ini terkenal dengan pepohonan Jati. Hampir tak terhitung jumlah pohonnya. Memasuki pusat Kota Pangandaran, kami melewati batu karang yang menguat dibelakang rumah warga. Kebun pisang, singkon, duren dan rambutan yang sedang musiman.
Alhamdulillah, kami telah sampai di pusat kota Pangandaran. Dahri mengajak ku untuk turun disini saja sembari mengambil dokumentasi dipusat kota. Aku sebenarnya tertarik dengan ajakannya, tapi takut kena marah oleh ibu-ibu rempong yang berada di bangku depan bus.
"Dahri, sabar sajalah. Nanggung saja," kataku pelan.
Ternyata untuk menuju lokasi hotel, harus tukar mobil. Bis yang kami tumpangi tidak berhak masuk ke lokasi tujuan. Kemungkinan besar ini adalah rencana kerja transaksi antara bis dan mobil angkut. Kami menukar mobil dengan menaiki angkut guna mengantarkan kami ke hotel. Perjalanan dari lokasi tukaran mobil ke lokasi hotel 1 km diperkirakan.
Itu dulu ya, ceritanya. Masih seruh kok pada bagian selanjutnya. Jangan melamun dan terus bahagia ya gaes! Trims.