Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen| Oilalang Pangandaran

17 Desember 2019   09:01 Diperbarui: 17 Desember 2019   11:08 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ose ini, Ayu tidak ikut lai. Ose juga tidak mau ikut. Ihh rempong e," tutur Onco Hj.

"Seng o".

Setelah ditegur, aku kemudian berfikir. Gak enak juga kalau tidak ikut. Konflik pemikiran terus terjadi detik demi detik. Hingga pada titik puncak, hanya mengalah pada keinginan awal dapat meredam konflik tersebut. Menaiki tangga dengan beban di dada yang tak berhenti. Bahkan membasu muka pun dalam keadaan terpaksa.

Ikut aja deh. Tas Eiger orange kebanggaanku telah kupegangi, lalu bergerak turun menuju keramaian gerombolan yang sedang menuju dataran tinggi tempat bus parkir. Karena mobil bus tidak bisa masuk hingga depan rumah. Sekalian olahraga di hari Senin. Iya, dijadwal Oilalang kami tercatat tiga hari, mulai Senin hingga Rabu.

***

Mobil bus sudah didepan mata, semua gerombolan bergegas masuk ke dalam bus untuk memilih tempat duduk mereka sesuai keinginan masing-masing. Aku memilih duduk dikursi bagian kedua kalau dihitung dari belakan. Gerombolan kami berjumlah 40 orang. Setelah semuanya sudah mengambil posisi duduknya, kamipun berdo'a untuk perjalanan awal kami. Doa dipimpin langsung oleh Bapak Awad Leurima, yang juga merupakan orang tua kami.

Bus meninggalkan Perum Bumi Sentosa dan bergerak menuju Tol Sentul untuk melaju ke arah Bekasi. Ya, karena di Bekasi sebagian gerombolan oilalang telah menunggu disana. Kami menghampiri mereka dalam keadaan macet. Biasa, hari Senin adalah hari super sibuk. Jadi wajar kalau jalanan dipadati pemirsa roda dua dan roda empat.

Lagu joget diputar oleh Lukman dengan meminjam speaker mobil bus yang telah disediakan. Semua yang di dalam mobil bus asyik bergoyang mengikuti irama musik. Tabiat orang Ambon kalau tidak goyang sepeserpun, serasa ada yang ganjil dalam kehidupan. Music karaoke diputar melalui medium Youtube, mic dipinjam dari driver bus, suarapun dilantunkan mengikuti irama.

Fina sebagai pembuka karaoke. Kemudian Lukman, Kaka Isran dan bapa Salamat. Gendre pop hingga dangdut dibilas semuanya. Datar dan tinggi bervariasi dalam suara-suara yang disumbangkan. Perjalanan Jakarta-Pangandaran menempuh waktu kurang lebih 8 jam. Melewati Cikarang, Bandung, Garut, Tasik, Ciamis, Banjar, dan Banjarnegara. Inilah rute perjalanan kami untuk menempuh titik akhir. Pangandaran.

Dalam perjalanan kami, hamparan sawah terbentang luas mengundang perhatian kami akan ciptaan Tuhan yang paling indah. Daratan pulau Jawa, terstruktur rapih bagaikan skenario tak terduga. Hijaunya dedaunan dan padatnya pemukiman bagaikan lukisan yang ku lihat di pelataran Kota Tua. Kejiwaan seni yang dimiliki Tuhan melampaui batas kritis nalar manusia. Jangan heran, dia adalah pencipta terbaik dari yang terbaik.

Asap pabrik, Balehu Pilkada kian ramai di sekitaran Garut-Tasik. Kemungkinan daerah ini akan mengadakan Pilkada Serentak nanti pada 2020. Beberapa kali bis kami rehat sejenak untuk membantu gerombolan kami agar dapat menguarkan air pipis. Pada kesempatan rehat itu juga, para lelaki menggunakan waktunya untuk membakar rokok. Di bis kami tidak bisa merokok, apalagi mereka yang kecanduan. Walaupun dua menit waktu rehat, tangan tidak akan diam dari kutikan korek dan nyalakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun