Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dalam Baileo [Part 5]

13 Agustus 2019   14:08 Diperbarui: 13 Agustus 2019   22:52 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Hadisiuw, Rumah Baileo

Esok hari telah tiba. Jadwal kapal putih Cantika Inova biasanya sekitar jam 10 Pagi. Kepala Pemuda sedang menunggu Anis dan Mido di pangkalan ojek menuju darmaga.

Mereka kemudian menaiki motor ojek. Harganya 15 ribu per orang. Menyusuri pepohonan Sagu, mereka lewati sambil memanjatkan doa.

Setiba ketiga orang itu di darmaga kapal cepat, mereka dihadapkan dengan satu peristiwa. Seorang bapa tua sedang dipukul aparat penjaga darmaga. Informasinya si bapa tua itu dengan melewati garis batas kuning yang dipajang.

Bapa tua itu terlihat benjolan di raut wajahnya. Mungkin dipukul atau ditendang, kita tidak tahu. Sejam lagi kapal akan berangkat. Anis lalu mendekati bapa tua itu. Ia memberikannya sebotol air.

"Ini pak beta ada air, silahkan diminum dulu," peduli Anis dengan ekspresi sedih.

Anis pun bertanya, "sebenarnya bapa punya masalah apa sampai di pukul begini?

"Tidak ade, bapa kan tidak tahu kalau tempat itu dilarang. Bapa juga tidak mengerti garis kuning itu apalagi. Tiba-tiba Tentara 2 orang dorang panggil beta dan langsung dorang pukul," terang bapa tua sambil memegan benjolan diwajahnya.

Anis tidak sempat menanyakan nama dan tempat tinggal bapa tua. Ston kapal telah berbunyi 2 kali. Anis harus cepat naik, Mido dan Kepala pemuda memanggilnya dari pintu masuk kapal.

"Bapa, beta harus berangkat dulu, kapal sudah mau ston 3 kali ini," pinta Anis kemudia mencium tangan bapa tua itu.

"Iyo ade, hati-hati dalam perjalanan e," pesan bapa tua sambil melambaikan tangannya.

Kapal Putih Cantika Inova sudah lepas landas, 4 mesinnya sudah diaktifkan. Air laut terlihat terbelah dari belakal menandakan kapal sudah berangkat. Awak Kabin Kapal memberitahukan bahwa 2 jam lagi kapal sudah sampai di darmaga Ina Marina.

Perjalanan laut penuh eksperimen. Gelombang air terlalu besar. Ada banyak orang yang mabuk laut. Mido juga sepertinya ingin muntah. Sementara awak kabin terus menjaga perasaan penumpang dengan tetap memberikan informasi baik mengenai cuaca.

Kini mereka telah sampai di darmaga Ina Marina. Perjalanan 2 jam terasa bertarung dengan sakratul maut. Sayangnya Tuhan masih memberikan kesempatan hidup kepada kita semua.

Ibu Kota Kabupaten Maluku Selatan merupakan Kabupaten pertama dan tertua di Provinsi Maluku. Pernah Presiden Soekarno mengunjunginya pada tahun 1967.

Sisi pembangunan masih berantakan, tata ruang kota terlihat amburadul. Sudah 10 kali pergantian Bupati, Kabupaten ini masih begitu-begitu saja. Daya kritis selalu diberhangus preman pemerintah.

Susuri jalan-jalan kota untuk mencari penginapan. Terasa heran dibenak Anis. Mido dan Kepal Pemuda juga mengalami nasib serupa.

Kota Kabupaten tertua kok seperti ini ya? Bagaimana dengan di desa-desa bila kota saja berantakan seperti ini;" Mido berbicara kepada Kepala Pemuda.

"Iyo Mido, beta juga satu pemikiran sama ose. Terasa aneh sekali e," kata Anis.

"Ee.. kamong dua tidak usah repot-repot pikir itu. Katonf fokus aja dulu untuk cari Penginapan murah dan ketemu Bupati," beber Kepala Pemuda.

Di jalan Merdeka 1 kota Kabupaten mereka bertiga akhirnya menemukan penginapan murah. Dengan cepat langsung diboking. Kemudian warung terdekat dihampiri untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga.

Depan warung yang mereka tuju terpampang jelas sekelompok mahasiswa dengan Almamater biru sedang melakukan aksi longmarch. Kelompok mahasiswa itu menuju Kantor Bupati. Panji-panji mereka bertuliskan," Sagu Identitas Kam". "Tolak Perusahan Sawit".

Anis segera merapat masa aksi itu, dia kemudian meminta selebaran rilisnya. Dikatakan dalam rilis tersebut. Perusahan sawit telah masuk dan menghancurkan hutan sagu. Bupati memberikan ijin tersebut. Begitulah isi inti dalam selebaran rilisan itu.

Mereka sudah selesai makan, dan kembali ke penginapan. Mahasiswa terus berorasi sambil bernanyi lagu-lagu Mahasiswa. Ada yang main teatrikal dan baca puisi juga. Anis sangat senang melihat aksi itu. Tapi dia harus pikir untuk bertemu Bupati besok hari.

Siang telah berganti malam. Semoga besok bisa meraih hasil sempurna dalam perjalanan mulia ini. Masyarakat jangan sampai dibuat kecewa lagi. Katong tidak ingin dipanggil mahasiswa nau-nau atau bodoh. Prinsipnya Negeri Mowae harus punya Raja yang dikukuhkan Bupati.

Moment bertemu Bupati sudaj di depan mata. Anis, Mido dan Kepala Pemuda, sudah berada diruang tunggu. Absensi tamu sudah mereka isi. 

Sementara Bupati masih rapat dengan kepala dinas pendidikan Provinsi. Begitulah informasi yang didapat dari bagian resepsionis sembari memberitahu mereka agar tetap menunggu.

Rapat Bupati dengan Kepala Dinas Provinsi baru saja usai. Bupati serentak menelpon resepsionis unuk mempersilahkan mereka masuk.

Ibu/ bapa, Bapak Bupati meminta kalian masuk untuk menemuinya," kata Resepsionis itu.

Alhamdulillah... ya Allah," Anis berucap syukur.

Mereka pun masuk menemui Bupati dan membicarakan soal pengukuhan Raja Negeri Mowae. Tetapi tidak bjsa mendadak,"  kata Bupati. Bisahkah tiga hari besok dari sekarang," pinta Bupati.

Ohiyo, Pak. Boleh, boleh," serentak jawaban keluar dari mulut tiga orang itu.

Ok. Nanti titip salam buat masyarakat Mowae. Bilang dari Bapak Bupati. Beta minta maaf kemarin karena ada urusan di Jakarta akhirnya agenda pengukuhan jadi batal," pesan Bupati sebelum obrolannya diakhiri..

Hasil pertemuan membawa kesan positif dan sangat memuaskan. Perjalanan mulia menyebarang laut dengan Kapal Putih Cantika Inova. Dihajar gelombang laut, menjadi cerita menarik tentunya.

Pamit dan kembali ke penginapan murah di jalan Merdeka 1. Canda tawa gembira dibuat Mido dengan kepedeaannya. Jalan-jalan kota Kabupaten sesekali mereka bertiga berpose foto.

Mereka kemudian menghampiri Patun sang Proklamator RI Ir. Soekarno. Tingginya patungnya mencapai 50 meter. Dibangun untuk menandakan kalau Sang Proklamator pernah mengunjungi tanah ini. Berpose dengan gaya alay-alayan ikut meramaikan fram kamera Nokia milik Anis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun