Kenapa kita merasa 'miskin' setelah Ramadhan? (Paradox Ramadhan)
Bukan cuma sekali saya ngobrol dengan driver online, baik Ojek maupun Car.
Pertanyaannya seeh simple alias sederhana, "Klo di bulan Ramadhan, gimana trip nya. Lebih rame atau gimana ?". seperti itu kira -- kira pertanyaannya.
Jawaban yang keluar dari mulut driver online pun relative sama, bahwa ada peningkatan trip di bulan Ramadhan. Khususnya di hari libur. Kalo hari kerja, meskipun ada perbedaan tapi tidak terlalu signifikan. Cieee bahasanya, gaya pisan
Artinya, pendapatan driver Online pada bulan Ramadhan lebih besar dibandingkan bulan -- bulan lainnya.
Apakah hanya Driver ? ternyata tidak juga.
Saya juga pernah ngobrol dengan pedagang / penjaga toko batik perihal yang sama. Yaa, suara manies yang keluar mulut wanita penjaga tokonya simetris, dagangannya lebih laris di bulan Ramadhan. Batik loh padahal. Bukan pakaian muslim.
Fenomena yang sangat tidak biasa. Itulah keanehan bulan Ramadhan. Sebuah Paradox yang sulit diukur secara ilmiah. Yuuk, kita bahas bersama
Paradox bulan Ramadhan
1. Besarnya Transaksi barang pangan
Semua orang (Muslim) tahu jika kuantitas konsumsi selama puasa (harusnya) berkurang, karena adanya pembatasan waktu untuk mengkonsumsi makanan, minuman dan sejenisnya. Tapi kenapa transaksi jual -- beli makanan, minuman dan sejenisnya meningkat tajam? Tercatat nilai konsumsi selama puasa naik sebesar 30 - 40% dibandingkan diluar puasa.