Mohon tunggu...
Arsyad
Arsyad Mohon Tunggu... Guru - cerpen

Nama Arsyad Dengan satu istri dan dua orang anak,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Senja Merah Danau Burung

4 Desember 2019   10:39 Diperbarui: 4 Desember 2019   10:49 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bagaimana dengan makhluk besar hitam, bertaring dan mata merah menyala?" aku memberanikan diri bertanya kepada Amang. "Andika bertemu dengan nya juga?" Amang kembali terkejut dan menggelengkan kepalanya. "Masyakat biasa menyebutnya hantu Mariaban, makhluk mengerikan penunggu hutan belantara pemangsa manusia, sejenis siluman jahat" kata Amang menjelaskan "mangsanya dicekik sampai mati, kemudian jasadnya dicabik dengan kuku tajam lalu dimakan sampai tidak bersisa, kecuali tulang belulang" rasa penasaran dan tanyaku satu persatu mulaiterjawab,tangan didasar danau, kain kuning yang diikat dipohon panggang dan makhluk mengerikan serta angkernya Danau Burung, secara detail diceritakan Amang di lampautempatnya beristirahat malam itu.

"Andika aman disini, besok kami akan antar Andika pulang kerumah, kami akan bantu menjelaskan kejadian ini semua kepada keluarga korban, sekarang andika istirahat saja" malam semakin larut, terasa hening, sunyi dan dingin, ditambah suara lolongan  anjing hutan yang saling bersahutan menambah kelam suasana. kejadian mengerikan beberapa waktu tadi masih membayangi dan menghantuiku, kematian tiga teman baikku, tangan didasar danau, makhluk besar hitam dengan mata merah, fikiran ku menerawang tidak jelas. Ini adalah peringatan untuk kita semua agar bijak terhadap alam, menjunjung budaya suatu daerah, dan menghormatinya, aku bersyukur masih bisa selamat, masih diberi kesempatan hidup, melihat anak-anak dan istriku, memberi nafkah mereka dan menjaga mereka.

T A M A T

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun