Mohon tunggu...
Abidin Renaldi
Abidin Renaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Blog

Al-Muhafazatu 'ala qadimis ash-shalih wal-ahdzu bil jadid al-ashlah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PMII Komisariat IAIN Manado dan Jati Diri PMII Cabang Metro Manado

6 Desember 2021   13:47 Diperbarui: 6 Desember 2021   13:57 1765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di tahun kemarin, PMII Metro Manado menerbitkan satu buku yang berjudul "Pandemi: Cerita Rakyat Pekerja" buku sederhana yang ditulis oleh kader-kader PMII Metro Manado, yang menceritakan situasi dan kondisi masyarakat di masa pandemi. Buku itu juga menjadi satu ikhtiar, untuk mengabarkan kepada seluruh masyarakat, bahwa di situasi yag sulit ini, kita semua mengalami hal yang tidak mudah.

Hal-hal yang telah tertulis di atas adalah torehan sejarah yang telah dan sedang diupayakan oleh seluruh kader PMII Metro Manado. PMII Metro Manado memiliki identitas sebagai organisasi yang selalu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Sehingga ketika melihat masyarakat tertindas dan mendapat musibah, kami selalu hadir. Mendampingi serta berusaha bersama rakyat menuntut keadilan yang dihadapi mereka.

Lalu, apa landasan PMII Cabang Manado ingin Membuka Komisariat Baru di IAIN Manado?

Pertanyaan ini, tentu menjadi pertanyaan bersama semua kader yang telah di baiat di PMII Metro Manado, khususnya kader-kader yang lahir dari rahim PMII Komisariat IAIN Manado. Kenapa? Sebab, bagi saya, sudah tidak ada alasan apapun selain ingin melemahkan gerakan PMII Metro Manado di IAIN Manado sebagai basis kaderisasi Metro. Bukan hanya itu, tindakan nyeleneh itu bisa berimpilkasi buruk bagi keberlangsungan kaderisasi.

Pertama, jika alasan mereka adalah untuk kaderisasi, mungkin bisa diterima kalau-kalau PMII Metro Manado sedang berjalan di tempat atau bahkan sedang tidak berjalan.

Kedua, jika alasannya adalah perihal ideologisasi untuk menyebarkan ajaran Islam Ahlusunnah wal Jamaah An-nahdliyah, kami di PMII Metro Manado setiap kali melaksanakan Mapaba masih menggunakan materi Aswaja, Islam Nusantara, dan NDP sebagai indoktrinasi kepada calon sahabat, guna membedakan antara PMII dan organ ekstra yang lain, yang bahkan setelahnya membuat kelas-kelas guna lebih memperdalam materi-materi ideologi. Artinya, alasan itupun tertolak dengan sendirinya.

Ketiga, oleh karena memiliki SK dari Pengurus Besar (PB) PMII, lantas mereka yang memiliki SK punya apa yang bisa diberikan atau dibanggakan sebagai kader PMII? Apa yang mereka berikan kepada bangsa dan negara ini, atau lebih khususnya dalam konteks sumbangsih pemikiran maupun pendampingan di wilayah teritorial?

Jika SK dari PB itu bisa menjadikan kader-kader menjadi militan yang memiliki budi luhur, dan berintelektual, maka kami akan memperebutkannya sekalipun bertaruh nyawa. Tapi, misalnya SK hanya dijadikan sebagai jalan menuju isi perut, sebagai pakaian gagah-gagahan, kami menolak itu. Sekali lagi, kami menolak itu.

Pun saat berbicara orientasi gerakan PMII di Kota Manado, PMII Metro Manado sudah membangun jaringan perlawanan itu bersama organisasi, dan LSM seperti yang telah tertera di atas. Namun, miris, mereka yang diberikan mandat SK oleh PB PMII yang belum lama ini dilantik oleh ketum PB PMII justru berjarak dan bahkan abai dengan orientasi gerakan PMII di Manado.

Akhirnya, saya ingin menitipan salam kepada seluruh sahabat-sahabat PMII Manado, "insaflah" bahwa apa yang kalian lakukan hari ini adalah hal yang justru hanya akan membuat PMII Metro Manado semakin besar. Sebaiknya, sahabat-sahabat PMII Manado merapikan gerakan merebut ruang di kampus-kampus yang justru PMII selalu kalah di sana, tidak perlu lagi ke sini (IAIN Manado) karena kami sudah menang.

Begitu juga dengan mengawal rakyat yang tertindas, sebaiknya kalian hadir di sana, kurangi nongkrong bersama senior di meja-meja kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun