Tumpukan lembar lusuh berderet di penghujung kamar, Bercerita dibalik pena , namun tak pernah sempat membalas
Bukan tak mau atau terlalu sibuk, Hanya saja keluh sudah rasaku
Tak habis
Dibalik isyaratmu waktu itu, menanyakan tentang nasib petani di desa
Menanyakan tentang ema yang masak nasi sehari sekali
Menanyakan tentang sawah yang habis dimakan para penghisap dan para tengkulak yang membabi buta
Oh elliana , maafkan aku , kelak akan ku balas suratmu
Saat ini aku sedang berseteru dengan waktu , membangun makna diantara pertanyaanmu
Elliana jangan lupa makan, hanya itu balasku sementara
Nanti kita berdialektika di penghujung senja
Nanti ku jawab suratmu kala kita minum teh di pekarangan rumah di tengger sawah menyaksikan burung pipit terbang melesat ke sarangnyaÂ